Mei, 2014
Halo, semua!!! (sambil bersih-bersih debu dan sarang laba-laba) Hmmm, lama juga ya saya tidak berkunjung di blog ini, pasti para pembaca menunggu postingan-postingan saya yaaa?!?!?! Hah?! Apa?! Nggak?! Ya sudah, walaupun nunggu atau tidak, saya akan tetap memposting artikel di blog saya.
One Day Trip, pikiran saya pertama kali adalah: “apa iya cukup waktunya, mana di luar kota pula?” dan ternyata cukup kok!!! (walaupun agak maksa)
Naaah, kebetulan tiap tanggal 01 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional (Hari Buruh Sedunia) dan di tanggal itu tidak bertepatan dengan long weekend (besok harinya masih harus masuk kerja), maka kami (saya dan Mbak Nina) nekat melakukan perjalanan ke Tasikmalaya dan Garut, tepatnya ke Gunung Galunggung dan Kampung Naga.
Bersama dengan rombongan trip dari Jakarta (kenalan Mbak Nina), kami dari Cilegon sudah berangkat menuju Jakarta dan pukul 02.00WIB dini hari dengan menggunakan bus.
Sampai di Jakarta pukul 05.00WIB, karena kami dari luar kota, ketua rombongan trip ini menunjuk persimpangan pintu keluar tol tugu pancoran sebagai meeting point. Di mana setiap tanggal 01 Mei pasti ada saja rombongan dari para buruh berdemonstrasi di depan gedung DPR/ MPR RI. Kami yang hanya niat menunggu jemputan di simpang jalan (tidak boleh sih sebenarnya, karena masih termasuk area tol, heheheee) diusir oleh polisi dan hampir saja ikut ter-sweeping, hahahaaa.
Ternyata kami dapat info dari ketua rombongan kalau meeting point diubah menjadi daerah kota di sekitaran tugu pancoran (waaah, kalau bilang dari tadi, kami kan nggak perlu malu karena diusir polisi).
Okeee!!! Perjalanan dari Jakarta menuju Gunung Galunggung lancar, tidak terlalu macet dan terhambat. Sebelum ke Gunung Galunggung kami makan siang dulu di tempat makan terdekat (waaah, saya lupa nama tempat makannya). Suasana di tempat makan ini sangat asri sekali, kami para pengunjung disuguhi pemandangan hamparan sawah yang hijau, makan di saung dekat dengan pepohonan kelapa, dimanjakan juga dengan semilir angin juga menu khas sunda yaitu nasi tutug oncom (klik ini).
Sawah Abah Thanos
Nasi Tutug Oncom
Setelah makan dan sholat dzuhur, barulah kami menuju Gunung Galunggung (klik ini). Dari area loket masuk, kami disarankan untuk naik ojeg motor menuju ke atas (tempat parkir), karena khawatir mobil tidak kuat menanjak jika ada isi penumpang di dalamnya. Mobil kami akhirnya melaju ke tempat parkir setelah penumpang kosong.
Dari tempat parkir dan warung-warung makan, untuk menuju puncak dan kawah Gunung Galunggung, pengunjung harus menaiki anak tangga yang katanya berjumlah 620 anak tangga (saya tidak mengukur berapa jauhnya, kira-kira 500 meter tapi ke atas yaaa, hahahaaa).
Masih di anak tangga pertama, mukanya masih ceria
Pemandangan dari atas tangga
Ngos-ngosan
Capek dan terengah-engah kami rasakan, tapi kami tak pantang menyerah karena malu dengan pengunjung lainnya, hahahaaa!!!
Ayo, dikit lagi!!!
Sampai di atas puncak dan kawah akhirnya kami bisa tertawa dan tersenyum lepas, sambil menikmati pemandangan di kawah Gunung Galunggung dan berfoto-foto. Cukup lama kami habiskan waktu di sini, sampai lupa kalau sebelum ashar harus sudah sampai ke destinasi berikutnya yaitu Kampung Naga.
Mbak Nina dan Saya
Kawah di Puncak Gunung Galunggung
Karena terlalu asik dan agak lama di Gunung Galunggung, kami agak telat sampai di Kampung Naga (sesudah ashar), itupun tidak langsung menuju Kampung Naga, kami makan dulu di warung dan sholat ashar sambil menunggu hujan reda.
Maklum habis hujan, jadi kami menggunakan payung atau plastik kresek seperti Mbak Ade ini, hahahaaa
Kampung Naga (klik ini, ini dan ini) merupakan kampung dimana warganya masih memegang teguh kebiasaan masyarakat pada jaman dahulu, seperti tidak menggunakan alat elektronik untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Dengan mata pencaharian bertani dan beternak mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga. Tidak ada listrik yang masuk di kampung ini, padahal dibanding dengan kampung Baduy di Banten (klik ini) yang letaknya jauh dari peradaban masyarakat modern (harus naik turun gunung), Kampung Naga terbilang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat modern dan pusat kota. Bahkan dari jalan raya, Kampung Naga sudah dapat terlihat dengan jelas (mungkin sekitar 1km dengan menapaki beberapa ratus anak tangga dari tempat parkir atau jalan besar).
Salah satu kerajinan tangan warga Kampung Naga
Guide kami di Kampung Naga
Selain kerajinan tangan (anyaman), warga Kampung Naga juga menjual hasil bumi seperti beras putih dan beras merah kepada pengunjung.
Ada keunikan dari Kampung Naga yaitu jumlah kepala keluarga harus berjumlah 100 kepala keluarga.
Tepat Maghrib kami tiba di gerbang masuk (area parkir) Kampung Naga, setelah sholat maghrib kami menuju perjalanan pulang. Dalam perjalanan pulang kami mampir dulu di rumah makan Pondok Megawati di daerah Garut untuk makan malam dan ke Chocodot untuk membeli beberapa oleh-oleh.
Di Chocodot (klik ini) banyak varian cokelat dengan rasa yang namanya terbilang unik dan lucu (saya tidak sempat memfoto), seperti: Cokelat Cegah Alay, Cokelat Rasa Sayang, Cokelat Kepo Care, Coklat Tanggap PHP, dll.
Selain cokelat ada juga beberapa merchandise lucu seperti: bantal, sandal, boneka, tas anak dan gantungan kunci. Semuanya berbentuk domba lucu.
Itu tadi ulasan perjalanan saya di Tasikmalaya dan Garut selama sehari, seru karena harus berpacu dengan waktu yang sedikit tetapi tetap mendapat hari yang berkesan baik.
Komentar
Posting Komentar