Langsung ke konten utama

Situs Kawasan Cibalay atau Arca Domas

Situs ini merupakan salah satu peningalan budaya megalitikum (jaman batu) di Indonesia, terletak di kecamatan Tenjolaya, Bogor. Di bawah kaki gunung Salak.


Sebelum masuk ke kawasan situs Cibalay, kita sudah disuguhkan pemandangan hutan pinus

Informasi dari Mang Deni (penjaga situs Cibalay) terdapat 8 situs megalitikum di kawasan Cibalay ini, yaitu Endong Kasang, Balekambang, Arca Domas, Kebon Kopi, Jamipaciing, Batu Bergores, Pasir Manggis dan Cipangantehan.


Situs Balekambang, terletak di depan gapura









Situs Cibalay ini ditemukan ketika masa pemerintahan Belanda pada tahun 1914. Kemudian pada tahun 1965 ditemukan oleh kakek Mang Deni ketika sedang menanam padi, beliau menemukan batu yang dikira nisan sebuah makam. Sesampai di rumah, kakek Mang Deni mendapat mimpi, dimana dalam mimpi tersebut kakek Mang Deni dititipkan pesan agar batu tersebut dijaga dan dilestarikan, tidak boleh dipindah, tidak boleh diubah dan tidak boleh diambil. Setelah mendapat pesan dari mimpinya, lalu kakek Mang Deni mulai menggali dan membersihkan batu-batu tersebut. Dan pada tahun 1982 kawasan ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Indonesia.


Berfoto dengan background lumut di depan situs Arca Domas




Menhir di area Situs Arca Domas




Mang Deni sedang menjelaskan salah satu Menhir di Arca Domas, yang mirip wajah manusia






Pemandangan hutan pinus

Situs Kawasan Cibalay ini memiliki bentuk punden berundak, punden berundak menurut Wikipedia adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya. Seperti bentuk tangga, batu-batu disusun ke atas sebagai simbol pemujaan/penghormatan kepada roh leluhur atau nenek moyang yang berada di tempat yang tinggi. Dengan terdiri dari batu menhir (bentuknya tegak berdiri) yang biasanya digunakan untuk pemujaan arwah nenek moyang dan batu dolmen (batu datar) yang biasanya digunakan untuk meletakkan sesaji untuk dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.


Naaah, itu dia gunung Salak

Kebudayaan megalitikum di Indonesia muncul pada masa pra Hindu-Budha (jaman pra sejarah). Kehidupan masyarakat Indonesia ketika masa itu pada umumnya bercocok tanam dan berburu, sebelum melaksankan kegiatan bercocok tanam dan berburu mereka selalu melakukan ritual atau upacara pemujaan kepada roh leluhur untuk memohon keberkahan dan keselamatan. Bentuk upacara biasanya dilakukan dengan merapal doa-doa, puja-puji dan menaruh sesaji di atas bebatuan.




Situs Jamipaciing yang sampai saat ini masih dijadikan tempat petilasan

Ritual tersebut dilakukan juga ketika masa kerajaan Hindu-Budha dan di jaman berikutnya yaitu masa kerajaan Islam, bahkan masih dilakukan sampai masa sekarang. Ritual pada masa sekarang biasanya dilakukan pada waktu maulud, dan biasanya dilakukan malam hari atau malam jumat kliwon.


Terdapat mata air di situs Jamipaciing

Tempat wisata di kawasan ini selain situs megalitikum adalah Hutan Pinus dan Curug Cipeuteuy. Curug Cipeuteuy ini menurut saya curug yang terbilang pendek, hanya sekitar 3 meter tingginya dan terdapat kolam kecil di bawahnya. Hutan Pinus di kawasan ini dapat digunakan untuk camping dan memasang hammock.






Selendangnya lagi dicuci


Curug Cipeuteuy




Ini bukan mata air awet muda, tapi mata air awet kecil


Penasaran ya sama si mbak yang ini???


Apa'an tuuuch?!?!?!


Peri Hutan, apakah itu kamu???








Mau kenalan sama akuh?!?!?! Tak usah lah yaaauw!!!









Untuk informasi lebih lengkap dan jelas tentang Situs Cibalay dan rute cara menuju ke Situs Cibalay, dapat dilihat di sini, di sini dan di sini.

Seperti di tempat lainnnya, di kawasan Situs Cibalay ini terdapat beberapa adab ketika memasuki Situs Punden Berundak:
  1. Berhati-hati dan memperhatikan langkah, karena kondisi situs yang sangat tua sehingga rawan rusak atau longsor saat terinjak.
  2. Tidak memindah atau mengubah posisi batu, atau komponen lain dalam situs.
  3. Tidak mencoret atau mengorek batu.
  4. Saat bertemu dengan pengunjung lain yang sedang memiliki kepentingan pribadi, misal: ritual, penelitian, fotografi, dll mohon untuk tidak mengganggun aktivitas tersebut.
  5. Apabila hendak memotret aktivitas tersebut, hendaknya meminta izin kepada yang bersangkutan.
  6. Tidak memisahkan diri terlalu jauh dengan rekan seperjalanan karena kompleks bangunan punden berundak cenderung luas dan sebagian berupa hutan.
  7. Tidak membuang sampah, makanan, minuman dan sisa apapun sembarangan.
  8. Tidak memetik, mengambil, merusak vegetasi atau mengganggu binatang.

Komentar