Langsung ke konten utama

Sok sok-an Nonton Konser Jazz Gunung

Seumur hidup saya, saya baru nonton konser musik dua kali. Acara Jazz Gunung di Bromo ini adalah kali kedua saya nonton konser musik, saya termasuk orang yang jaraaaaang sekali nonton konser musik, alasannya karena malas untuk keluar uang, nggak mau bejubel sambil berdesakan dan nggak mau capek tenaga. Heheheee.

Sebenarnya saya suka musik jazz, tapi kalau saya bilang, saya suka dengan aliran musik jazz, nanti dikira “belagu”, “sok sok-an”, “sok ngerti” atau biar dibilang kayak orang kaya gitu, hahahaaa. Padahal nggak juga sih, saya dari SD suka sekali mendengar lagu-lagu jazz, entah itu dari suara gitar, bass, terompet, drum, piano yang bernuansa jazz. Alunan musiknya lebih ramah didengar di telinga, kadang bisa membuat suasana hati lebih tenang, riang dan senang.

Kebetulan ada kawan yang mengajak nonton koser musik jazz di daerah Gunung Bromo pulak, sekalian nonton konser, sekalian juga nih jalan-jalan dan hunting foto-foto yang yahud.



Jazz Gunung ini adalah pertunjukan musik jazz di ruangan terbuka dan dengan latar belakang pemandangan gunung. Biasanya Jazz Gunung ini diadakan di daerah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Untuk informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini dan di sini.



Penggagas Jazz Bromo Butet Kartaredjasa dan Sigit Pramono memberikan sambutan di pertengahan acara, dan seperti biasa Butet Kartaredjasa dalam sambutannya pasti selalu menyisipkan sindiran-sindiran humor politik yang cerdas khas beliau.

Butet Kartaredjasa



Host acara Jazz Gunung ini dibawakan oleh “duo MC gendheng” Alit dan Gundi. Pada awalnya saya menilai lawakan mereka agak “garing” dan kurang lucu, mungkin karena baru permulaan acara. Setelah acara kedua, baru tuh terasa lawakan-lawakan lucu a lawong jowo” dan “tik-tok” di antara mereka sudah mulai mengalir dan saling mengisi hingga akhir acara mereka tetap lucu. Qiqiqiiiii.

Alit dan Gundi

Untuk acara Jazz Bromo tahun 2017 ini diselenggarakan pada tanggal 18 - 19 Agustus 2017. Saya hanya menonton acara pada tanggal 18 Agustus 2017. Karena saya ingin menonton aksi panggung dari Monita Tahalea dan Maliq & D'Essentials. Dan berikut foto-foto beserta ulasan dari saya (yang sok tau ini, heheheee).

Penampilan pertama diisi oleh “Surabaya All Star”, karena saya datang agak telat, saya hanya menyaksikan performance terakhir dari mereka yang membawakan lagu dangdut “Sakitnya Tuh Di Sini” versi jazz plus alat musik kendangnya, heheheee seru juga sih.



Surabaya All Star



Penampil kedua adalah “Paul McCandless with Charged Particles”, band instrumen asal Amerika Serikat ini membawakan beberapa lagu instrumen milik mereka. Menurut saya musik-musik instrumen itu, walaupun hanya iringan musik tanpa lirik ataupun vokal mereka dapat menggambarkan suasana hati dan suasana keadaan lingkungan sekitar (seperti cuaca, pemandangan atau semacamnya). Untuk bio-nya bisa dibaca di sini.

Paul Brownlee McCandless Jr.





Penampilan yang ketiga adalah penampil yang ditunggu-tunggu banyak penonton termasuk saya, yaitu Monita Tahalea!!! Penyanyi yang pernah mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol 2 pada tahun 2005 ini pada perform awalnya menyanyikan lagu “Rayuan Pulau Kelapa” ciptaan Ismail Marzuki, karena masih dalam suasana hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72 tahun. Selain itu, Monita membawakan beberapa lagu dari album terbarunya Dandelion seperti “Hai”, “Perahu”, “Bisu” dan ditutup dengan lagu kesukaan saya “Memulai Kembali”.











Gerald Situmorang anggota band BARASUARA, merupakan partner Monita Tahalea dalam memproduksi album Monita Tahalea ‘Dandelion’

Suara Monita pada saat tampil secara langsung tidak kalah bagusnya dengan suara versi MP3-nya, tapi bukan berarti lipsinc yaaa. Memang karena suaranya merdu banget, ngomong saja suaranya merdu. Mungkin kalau dia ngorok atau ngentut suaranya merdu juga hahahaaa.

Acara keempat diisi oleh Dewa Budjana Zentuary, gitaris band GIGI ini tampil membawakan musik instrumen etnik dan jazz. Melodi gitarnya seperti alunan musik gamelan Bali, suara seruling yang menyayat hati (ceileee), ketukan drumnya dan suara harmonikanya yang membangkitkan semangat, dan yang membuat alunan kental musik jazz-nya berasal dari bass, keyboard dan piano. Dewa Budjana juga memberi kesempatan kepada semua personel band-nya untuk show off atau unjuk kebolehan secara solo mulai dari pemain suling, pemain harmonika, drummer, bassis, keyboardis dan pianisnya.













Dewa Budjana Zentuary

Penutup dan bintang utama yang tampil adalah Maliq & D'Essentials!!! Yeaaay!!! Alasan saya menyaksikan jazz bromo pada tanggal 18 Agustus 2017 adalah mereka. Semua lagu yang mereka bawakan pada malam itu saya hapal semua hahahaaa. Lagu-lagunya antara lain “Setapak Sriwedari”, “Terdiam”, “Heaven”, “Terlalu” dan “Menari” yang dibawakan secara medley. Selain itu lagu “Untitled” dan “Himalaya” yang membuat suasana menjadi sendu dan syahdu a la Rhoma Irama hahahaaa. Dan lagu terakhir dari album terbaru mereka berjudul “Senang”. Mereka juga membagikan album terbarunya kepada penonton, waaah yang dapat itu senang bangeeet.

















Penampilan Maliq & D'Essentials ini menurut saya agak mirip Soneta Group-nya Bang Haji Rhoma Irama, semua anggota berdansa bersama secara harmonis dan kompak sambil membawakan lagu saat aksi panggung. Heheheee





Maliq & D'Essentials

Perhelatan Jazz Gunung pada tahun 2017 ini menginjak tahun ke-9 dan rencananya di tahun depan Jazz Gunung memperingati 10 tahun dan akan menyelenggarakan pertunjukan selama 3 hari dengan kualitas yang lebih baik (padahal menurut saya, ini sudah ciamik sekaleeee), artis-artis penampil lebih banyak, dekorasi panggung yang lebih oke dan inovasi-inovasi keren lainnya. Saran saya mudah-mudahan Jazz Gunung nanti dapat menampilkan Kunto Aji, RYND Band (Minang Jazz), Danilla Riyadi dan Tohpati.





Saya sih sudah sangat puas dengan acara Jazz Gunung ini, untuk pertunjukan musik di area ruangan terbuka kualitas suaranya buaaagus buaaanget. Alasan tersebut menurut saya sudah menjadi daya tarik bagi Jazz Gunung, selain artis-artisnya yang kece dan keren, para penonton yang ca’em juga bisa jadi alasan kenapa kalian harus datang ke Jazz Gunung.

Bunciiiiis!!!

Komentar