Langsung ke konten utama

Film Negeri Dongeng

Awalnya saya kira film ini semacam film 5 cm yang bercerita tentang drama fiksi kisah cinta anak muda.

Setelah booming-nya film 5 cm, banyak pemuda pemudi menjadi latah mengikuti dan menasbihkan diri menjadi pendaki gunung (pecinta alam).

Banyak juga dari mereka yang sok-sokan menjadi pecinta alam dan pendaki gunung dadakan tetapi tidak bertanggungjawab. Mulai dari memetik bunga edelweis bahkan mengotori gunung dengan sampah yang mereka hasilkan (baik sampah dari perbekalan maupun sampah “kotoran”). Okey, saya sudahi ocehan saya tentang kekecewaan saya tentang mereka. Kembali lagi ke film Negeri Dongeng.


Sumber foto: http://www.aksa7.co.id/#home

Negeri Dongeng digarap oleh tim Aksa7art, yaitu Anggi Frisca (Sutradara), Teguh Rahmadi, Rivan Hanggarai, Jogie KM. Nadeak, Yohanes Pattiasina, Wihana Erlangga dan dr. Chandra Sembiring (Produser). Selain itu beberapa guest ekspeditor yang ikut berperan dalam film ini adalah Nadine Chandrawinata (Cartenz Pyramid Papua), Darius Sinathrya (Gunung Binaiya Ambon), Medina Kamil (Gunung Bukit Raya Kalimantan), Djukardi “Bongkeng” Adriana (Gunung Rinjani Lombok), Alfira “Abex” Naftaly (Gunung Latimojong Sulawesi) dan Matthew Tandioputra (Gunung Semeru Jawa Timur).
Sumber: https://phinemo.com/film-pendakian-negeri-dongeng-aksa-7/

Gala premier digelar pada tanggal 17 Agustus 2017 bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Di kota saya, Cilegon film ini tayang di bioskop pada bulan Oktober 2017 menjelang peringatan hari Sumpah Pemuda. Dengan tata cara pembelian tiket secara online dan dikenakan harga tiket nonton hampir 100 ribu rupiah (karena penonton diberikan beberapa merchandise berupa kaos, foto dan poster). Saya tidak sempat menonton pada bulan Oktober 2017 dan saya sempat berfikir tidak ada lagi kesempatan menonton film ini lagi, karena mereka memasang tagline “tayang di satu kota untuk satu hari”.

Ternyata komunitas BPI (Back Packer Indonesia) Banten menyelenggarakan kembali event “Gotong Royong Nonton Bareng Film Negeri Dongeng” pada tanggal 01 Desember 2017 di bioskop XXI Cilegon (terimakasih saya haturkan kepada BPI Banten) dan baru pada kesempatan ini saya dapat menontonnya.

Film ini merupakan kumpulan film dokumenter (istilah saya sih begitu) dari hasil rekaman perjalanan (ekspedisi) mendaki ke 7 (tujuh) puncak gunung tertinggi di tiap-tiap pulau di Indonesia. Film dokumenter ini dibuat mulai dari sekitar akhir tahun 2014 dan berakhir pada pertengahan tahun 2016 atau kurang lebih digarap dalam waktu 2 tahun.

Pendakian pertama adalah Gunung Kerinci di Sumatera Barat. Pendakian ke Gunung Kerinci (3.805 mdpl) tidak banyak mengisahkan cerita.

Ceritapun berpindah ke pendakian kedua adalah Gunung Semeru (3.676 mdpl) di Jawa Timur. Pada pendakian kedua ini, para ekspeditor dibuat berfikir tentang memaknai hidup mereka dari hasil percakapan dengan penduduk asli sekitar, mengenai apa tujuan hidup, hidup mau dibuat seperti apa, apa yang akan dilakukan dalam hidup kita untuk mencapai tujuan. Agak berat memang percakapannya. Heheheee. Selain itu mereka juga membicarakan tentang sampah yang mereka hasilkan ketika berada di gunung dan bagaimana menjaga kelestarian gunung dengan membersihkan sampah dan membawa kembali sampah yang mereka timbulkan. Dengan ekspeditor tamu Matthew Tandioputra, yang merupakan salah satu pendaki termuda yang telah berhasil menyelesaikan 7 puncak Indonesia saat berusia 11 tahun (ulasan tentang Matthew dapat dilihat di sini). Namanya juga anak-anak, Matthew ini luar biasa sekali, dia mendaki gunung seakan-akan seperti sedang bermain-main di arena taman bermain, mendaki gunung sambil berlari tanpa kenal capek. Heheheee. Hebat kau Matthew!!!

Pendakian ketiga ke Gunung Rinjani (3.726 mdpl) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam perjalanan pendakian ke Gunung Rinjani, tim Aksa7art ditemani oleh ekspeditor tamu Djukardi Adriana atau panggilan akrabnya Abah “Bongkeng”. Pria berusia 67 tahun ini merupakan pendaki gunung senior di Indonesia, selain itu beliau juga Pendiri EIGER Adventure Service Team (EAST) (silahkan klik di sini) untuk mengetahui apa itu EAST). Beberapa pengalaman yang dibagi oleh pada ekspeditor dari tim Aksa7art pada perjalanan kali ini adalah tentang ikatan hubungan dengan sesama manusia, karena sudah terlalu sering bertemu orang-orang baru dan mendapat kawan-kawan baru sehingga rasa persaudaraan dan kekeluargaan timbul secara otomatis. Salah satu ekspeditor mengatakan, “setiap orang-orang baru yang saya temui selama mendaki gunung, mereka sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri”.

Pendakian keempat ke Gunung Bukit Raya (2.278 mdpl) yang letaknya di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, dengan ekspeditor tamu Medina Kamil. Bagi yang pernah menonton program adventure “Jejak Petualang” di televisi, pasti tidak asing lagi dengan Medina Kamil, wanita cantik ini menggantikan Riyanni Djangkaru sebagai host di program tersebut. Dalam perjalanan keempat ini, ekspeditor tamu bercerita (curhat lebih tepatnya) tentang hubungan dengan ibu kandungnya yang terbilang tidak cukup dekat dan sering berbeda pandangan, dan terkadang tidak jarang muncul konflik di antara ibu dan anak tersebut. Selain itu, penebangan liar di hutan Gunung Bukit Raya sempat terliput juga oleh tim Aksa7art. Hmmm demi kebutuhan keuntungan ekonomi jangka pendek, pelaku (pengusaha kayu yang curang dan pejabat korup) harus merusak ekosistem alam, tidak heran kalau banyak bencana alam, yang selalu memakan korban tidak bersalah (masyarakat sekitar).

Lanjut ke pendakian kelima adalah Gunung Latimojong (3.478 mdpl) di Sulawesi Selatan. Ekspeditor tamu pada pendakian kelima ini adalah Alfira Naftaly Pangalila seorang pendaki wanita Indonesia yang sudah tiga kali mencapai pegunungan Himalaya di Nepal. Pada ekspedisi kelima, wanita yang biasa dipanggil “Abex” ini mengalami penurunan kondisi stamina tubuh. Selain itu ada salah seorang tim Aksa7art (Teguh Rahmadi, salah satu sinematografer film Negeri Dongeng) mengalami gangguan kesehatan sehingga tidak dapat ikut melakukan pendakian.

Lalu pendakian keenam adalah Gunung Binaiya (3.055 mdpl) di Pulau Seram, Maluku. Para ekspeditor harus menempuh perjalanan yang panjang untuk mencapai puncak Gunung Binaiya, yaitu selama 3 (tiga) hari dan harus melewati beberapa perkampungan, yang ada di pikiran saya: “Wow!!! Ada perkampungan di atas gunung”. Pada perjalanan kali ini, para tim mendapat inspirasi dari penduduk kampung, bahwa walaupun mereka serba kekurangan dan kesusahan mendapat akses ke pusat administratif daerah, mereka tetap semangat dalam belajar dan bekerja, tidak perlu mengeluh dengan kondisi yang susah fasilitas dan tetap memiliki mimpi yang tinggi. Di tengah perjalanan Darius Sinathrya (ekspeditor tamu) mendapat kabar duka, ibu mertua Darius Sinathrya meninggal dunia, dimana Darius Sinathrya harus menghentikan perjalanan ke puncak Gunung Binaiya dan harus kembali ke Jakarta.

Dan pendakian yang terakhir adalah Gunung Jayawijaya (4.884 mdpl) di Papua. Nadine Chandrawinata dihadirkan menjadi ekpeditor tamu pada pendakian kali ini. Puteri Indonesia tahun 2005 yang memiliki hobi mendaki gunung dan berpetualang ini juga menjadi produser di film Negeri Dongeng. Mendaki gunung Jayawijaya bersama tim Aksa7art dan juga rombongan porter dari penduduk sekitar, membuat kelompok perjalanan ini menjadi lebih terasa kekeluargaan, bahkan seorang porter wanita membawa anak-anak balita dan bayinya ikut serta mengantar tim mendaki gunung Jawawijaya, jumlah porternya saja sama dengan jumlah warga satu RT di tempat tinggal saya, heheheee. Butuh kesabaran dan kekuatan fisik yang luar biasa untuk mencapai puncak gunung Jayawijaya, Nadine Chandrawinata yang cantik saja terlihat kuyu, kucel, dan lelah, hahaaa. Selain itu perjalanan sebelum mencapai puncak gunung Jayawijaya, para pendaki disuguhkan pemandangan alam yang terlihat mirip stone garden atau stone forest. Mereka dibuat kagum oleh batu-batuan yang tinggi menjulang mirip negeri dongeng, tidak salah memang mereka memberi judul “Negeri Dongeng” untuk film dokumenter yang mereka buat. Alam Indonesia sangat indah sekali, baik itu hutan, gunung, laut, pantai bahkan pemandangan sawah-pun terlihat indah.

Dengan diiringi lagu-lagu yang merupakan musikalisasi puisi milik Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikan oleh Ari Reda seperti “Pada Suatu Hari Nanti” dan “Sajak Kecil Tentang Cinta” (lagu ini juga menjadi soundtrack film Minggu Pagi di Victoria Park) menambah perjalanan tim Aksa7art menjadi lebih syahdu dan bermakna. Selain itu band indie Efek Rumah Kaca juga menyumbang lagu berjudul "Menjadi Indonesia" untuk mengisi soundtrack film Negeri Dongeng membuat cerita lebih bersemangat.

Itulah cerita panjang yang saya sampaikan untuk film Negeri Dongeng, secara keseluruhan film ini bagus sekali. Keren pokoknya!!! Heheeee


Sumber poster: http://www.adiraoktaroza.com/2017/10/30/movie-review-negeri-dongeng-2017/

Merchandise

Komentar