Langsung ke konten utama

Geopark Ciletuh Sukabumi

Desember 2015

Membuka file foto-foto lama yang tersimpan di harddisk (niat awalnya sih mau “bersih-bersih” file yang tidak terpakai, karena harddisk eksternal kapasitasnya tinggal sedikit. Heheheee) dan tidak sengaja melihat foto-foto ketika jalan-jalan ke Geopark Ciletuh Sukabumi yang masih menyisakan kenangan yang indah dengan teman-teman baru dan sempat membuat saya susah “move-on” ketika itu selama hampir setahun, hahahaaa. Mau tau alasannya, kenapa saya sampai susah “move-on” dari perjalanan ke Geopark Ciletuh Sukabumi? Silahkan simak cerita saya.

Bersama 2 (dua) orang teman saya (Mbak Nina & Mbak Winda) perjalanan ke Geopark Ciletuh Sukabumi saat itu saya menggunakan jasa trip Kawan Setia Tour (untuk kontak silahkan lihat di instragram @kawansetiatour) yang dipandu oleh Mbak Rita dan Mbak Yuni.

HARI 1

Dari Jakarta kami tiba di Sukabumi sekitar pukul 24.00 WIB, dari Sukabumi menuju homestay (di sekitar daerah Taman Jaya Ciemas yang letaknya tidak jauh dengan kawasan Geopark Ciletuh) kami menggunakan mobil jeep dengan waktu tempuh ± 4 (empat) jam, saat itu peserta trip berjumlah 7 (tujuh) orang (belum termasuk 2 (dua) orang pemandu). Kami tiba di homestay (rumah warga) sekitar pukul 04.30 WIB sambil bersih-bersih badan, sholat subuh dan istirahat sebentar menunggu sarapan pagi untuk selanjutnya menuju ke tempat tujuan kami.




Mbak Winda, Mbak Nina & Saya




Ci Nita & Ci Yuli


Mobil Jeep keren, yang membawa kami kemana-mana

Curug Sodong atau Curug Kembar atau Curug Penganten
Dinamakan juga Curug Kembar atau Curug Penganten dikarenakan terdapat 2 (dua) aliran kembar air terjun dan terlihat seperti pengantin yang selalu berpasangan. Selain itu di curug ini juga terdapat cekungan seperti gua. Ulasan lain tentang Curug Penganten dapat di simak di sini














Mobil Jeep kebanggaan



















Curug Cikanteh
Curug Cikanteh yang sudah terlihat dari bawah ini letaknya di atas Curug Sodong, untuk mencapai Curug Cikanteh kita harus agak mendaki sedikit masuk ke dalam hutan dan menyeberangi juga menyusuri sungai. Kebetulan saat geng kami ke sana debit air sungai sedang deras, dikarenakan pada malam sebelumnya diguyur hujan cukup lebat. Karena saya sayang sekali dengan kamera saya, hahahaaa dan sempat ada insiden tas kamera (kamera ada di dalam tas) saya nyemplung sungai, saya tidak melanjutkan perjalanan ke Curug Cikanteh dan kembali ke tempat parkir sambil menunggu kawan-kawan dari Curug Cikanteh. Lihat di sini untuk melihat artikel lain tentang Curug Cikanteh. Foto-foto Curug Cikanteh di bawah ini hasil jepretan dari kamera Mbak Nina.







Pantai Palangpang
Pantai ini menjadi muara aliran sungai cimarinjung bahkan dari Pantai Palangpang sudah terlihat Curug Cimarinjung (tujuan kami selanjutnya). Selain itu Pantai Palangpang ini adalah “pintu masuk” ke Geopark Ciletuh (pantas saja ada deretan huruf G-E-O-P-A-R-K C-I-L-E-T-U-H berukuran besar di pinggir Pantai Palangpang ini).

Ketika kami mengunjungi Pantai Palangpang, di sekitar tepi Pantai Palangpang banyak sekali sampah berserakan sehingga membuat pemandangannya menjadi kurang indah (sepertinya sekarang Pantai Palangpang sudah terlihat lebih bersih dibanding ketika saya berkunjung ke sana). Pantai Palangpang saat itu, menurut saya masih sepi pengunjung mungkin karena letaknya lumayan jauh dari jalan raya atau jalan utama, tidak seperti pantai-pantai dekat dengan tempat tinggal saya (pantai-pantai daerah Anyer) yang letaknya persis di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dan sangat ramai dikunjungi para wisatawan. Ulasan lain lihat di sini atau di sini.














Curug Cimarinjung (yang di ujung sana) bisa terlihat dari Pantai Palangpang




















Mbak Yuni dari Kawan Setia Tour


Mbak Rita dari Kawan Setia Tour











Curug Cimarinjung
Curug Cimarinjung ini alirannya berasal dari sungai Cimarinjung (waduh kurang informatif sekali ya ulasan saya, hahahaaa), kalian bisa simak tulisan lain tentang Curug Cimarinjung di sini. Untuk sampai di Curug Cimarinjung kita harus berjalan kaki sebentar dari tempat parkir, hati-hati karena jalanan masih agak licin dan melewati jalan yang agak sempit yang diapit beberapa parit (heheheee, kata-katanya berima).

















Puncak Darma
Menuju Puncak Darma kami harus mendaki bukit dari Curug Cimarinjung, naaah yang membuat seru perjalanan ke Puncak Darma adalah kami mendaki menggunakan mobil Jeep dengan isi penumpang 11 (sebelas) orang, hahahaaa, pokoknya lebih seru dibanding naik wahana roller coaster deh. Ketika mobil oleng ke kiri, para penumpang harus pindah ke sebelah kanan begitu juga sebaliknya, hal ini dilakukan supaya mobil Jeep yang kami tumpangi tidak terbalik atau terjengkang. Mobil kami juga sering menghantam bebatuan besar sehingga pantat atau bahkan kepala kami terjedot-jedot. Ketika harus menanjak medan yang terjal, entah kenapa kami secara tidak sadar menahan nafas (dengan anggapan jika menahan nafas berat badan kami terasa lebih ringan, dan mobil pun dapat melaju lebih mudah, padahal tidak, hahahaaa). Kami salut sekali dengan si Akang Sopir dan kernetnya, padahal badan mereka terbilang kecil dan kurus, tapi kemampuan mereka, patut diacungi jempol gorilla, keren!!!


si Akang Sopir (baju hitam) dan kernetnya (jaket abu-abu), pokoke mereka itu, KEREN!!!

Tujuan kami di Puncak Darma adalah “berburu” sunset, karena kami tiba di atas sekitar pukul 17.00 WIB, kami harus menunggu sekitar 1 (satu) jam. Sambil menunggu kamipun berburu foto pemandangan Pantai Palangpang dari atas Puncak Darma juga pemandangan lainnya di atas Puncak Darma.
















































































sambil nunggu sunset, sambil ngemil-ngemil manjyaaah


Waaah, sudah siap-siap hunting sunset




Semua angkat tangannyaaa!!!





Perjalanan hari ke-1 kami sudahi sampai Puncak Darma, selepas sholat maghrib kami menuju homestay untuk makan malam dan istirahat untuk melanjutkan perjalanan lainnya esok hari. Ulasan lain tentang Puncak Darma, bisa dilihat di sini.

HARI 2

Untuk mempersingkat waktu, perjalanan hari ke-2 kami mulai pada pukul 07.00 WIB karena selain masih harus mengunjungi beberapa tempat lagi, kami juga harus pulang pada hari itu juga siang harinya.

Curug Tengah
Saya kutip dari sini, Curug Tengah berjarak sekitar 200 meter dari Curug Awang (nanti akan saya bahas) dan masih pada aliran Sungai Ciletuh yang merupakan perbatasan antara Desa Tamanjaya dan desa Cibenda. Akses menuju curug ini dapat ditempuh dengan jalan kaki melalui pematang sawah selama 15 (lima belas) menit dari tempat parkir mobil. Atau ulasan yang lebih lengkap lagi dapat dilihat di sini.


Mike




di sana itu adalah Curug Awang



Di Curug Tengah kami mengambil foto dari atas curug, saya sempat berfikir hal-hal yang buruk, jika saja aliran air deras tiba-tiba datang dari arah Sungai Ciletuh, bisa saja kami terbawa jatuh ke bawah (hiiiy, ngeriii). Kami hanya sebentar saja mengambil beberapa foto di Curug Tengah, karena kami harus segera menuju ke Curug Awang.












Sebenarnya, saya keder jika harus berfoto di tempat ketinggian, heheheee







































Curug Awang
Terbentuknya Curug Awang ini berasal dari Sungai Ciletuh yang amblas dan membentuk tebing, aliran air terjun dari Curug Awang ini sering disebut Mini Niagara dari Indonesia. Lihat ini untuk ulasan lebih lengkap.

































Bukit Panenjoan
Dari Bukit Panenjoan ini kita dapat melihat seluruh kawasan Geopark Ciletuh dari ketinggian, difasilitasi dengan tempat parkir dan tempat makan, membuat Bukit Panenjoan ini cukup ramai dikunjungi, jalan menuju ke Bukit Panenjoan juga tidak terlalu sulit, masih dekat dengan jalan besar. Silahkan lihat di sini untuk ulasan lebih detail. Bukit Panenjoan adalah tempat terakhir yang kami kunjungi di Geopark Ciletuh, kami harus segera kembali ke homestay untuk makan siang, istirahat sebentar dan bersiap-siap untuk pulang.































































Kenapa kawasan Ciletuh masuk ke dalam kategori “Geopark”??? Saya kutip dari website www.kanal.web.id (klik ini): Pengertian Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya. Untuk informasi lebih banyak kenapa kawasan Ciletuh ditetapkan sebagai Geopark dapat di lihat di sini, di sini, di sini atau di sini. Atau bisa juga dilihat rangkumannnya di situs travelingyuk.com (klik ini)

Di bawah ini adalah foto-foto dokumentasi "behind the scene" dari kawan-kawan yang lain, melihat foto-foto mereka membuat saya teringat lagi dengan cerita-cerita seru dan lucu yang ada di balik foto-foto tersebut.

Hari ke-1
Seperti yang saya bahas di atas, perjalanan dari Curug Sodong ke Curug Cikanteh harus melalui hutan, mendaki sedikit dan menyeberangi sungai, heheeee (seperti ninja hatori).








Curug Sodong dilihat dari atas




Persiapan menyeberangi sungai




Lihat wajah saya, yang deg-degan tapi maksa nyengir ketika akan menyeberang sungai (heheheee)





Ini ada foto ter-favorit saya, alasannya kami saling bersatu bahu membahu dan tolong menolong untuk menyeberangi sungai, walaupun kami "berbeda-beda" tetapi tujuan kita sama (menyeberang sungai dan menuju Curug Cikanteh).

Kami Memang Tidak Sama, Tapi Kami Kerja Sama







Setelah makan siang menuju ke Pantai Palangpang, Mbak Nina ingin menemani si Akang kernet duduk di atas atap mobil jeep (informasi: di atas atap mobil diberi papan dan kasur palembang, agar duduk terasa lebih nyaman, heheheee). Keuntungan duduk di atas atap mobil: bisa ambil buah-buahan dari pepohonan yang kita lewati (good job, Mbak Nina).





Di Pantai Palangpang





Mengisi waktu ketika menunggu sunset di Puncak Darma.




















suasana mobil jeep, ketika menuruni Puncak Darma, yang perjalanannya lebih seru dibanding Roller Coaster



Hari ke-2

Menuju Curug Tengah, melewati pematang sawah.



Menuruni jalan yang lumayan terjal untuk menuju Curug Awang, dan Curug Awang sudah terlihat dari atas.





Persiapan pulang, kembali ke Jakarta, heheheee







Si mobil sempat mogok saat perjalanan pulang, tetapi kami tidak merasa kesal dan "bete", yang ada kami membuka mangga dan menikmati hasil tangkapan asal-asalan dari pohon di pinggir jalan sambil cengangas cengenges, heheheee.









Suasana mobil dan penumpang pada perjalanan pulang. Sebenarnya pemandangan di sepanjang jalan ketika perjalanan ke kota Sukabumi sangat indah, bukit-bukit yang mirip dengan bukit Teletubbies dan hutan pohon pinus memanjakan mata. Sayangnya saya tidak sempat memotret, karena sibuk tidur dan malas mengeluarkan kamera, heheheee.








Demikian cerita perjalanan ke Geopark Ciletuh Sukabumi, walaupun tidak banyak informasi dari artikel saya ini, mungkin bisa menjadi album kenangan untuk saya dan kawan-kawan yang lain.

Komentar