Padahal tujuan saya membuat blog ini adalah sebagai sarana curhat colongan saya (klik ini) perihal karier percintaan saya yang masih belum ada kabar baiknya, hahahaaa. Tidak seperti blog saya yang terdahulu (klik ini), yang isinya curhatan-curhatan yang tidak penting, dan mengingatkan saya kalau dulu saya pernah galau tingkat tinggi akibat masalah percintaan yang kurang beruntung.
Daripada saya membuat kenangan-kenangan yang buruk, yang jika diingat kembali membuat sesak rasa di dada dan meningkatkan gejolak asam lambung, lebih baik saya membuat postingan yang isinya tentang kenangan-kenangan indah dan bermanfaat bagi orang lain, seperti cerita jalan-jalan (travelling) misalnya.
Saya memulai hobi jalan-jalan dan hunting foto ketika saya mencari kesibukan setelah saya patah hati, agar tidak selalu memikirkan hal-hal kemalangan kisah asmara saya. Nekat saya melakukan travelling pertama saya sendirian, karena waktu itu tidak ada kawan yang mau diajak, heheheee. Tempat pertama yang saya jadikan tujuan travelling adalah SOLO!!! Sebenarnya sih, waktu itu saya berencana jalan ke Semarang, tetapi karena tujuan kereta api KRAKATAU EKSPRES (yang saat itu masih beroperasi) dari Cilegon, tidak ada jadwal berhenti di stasiun Semarang, maka akhirnya saya pindah haluan ke Solo.
Hanya dengan bermodalkan kenekatan hasil browsing informasi perjalanan seseorang lewat internet, compact camera Samsung SL30 (ES15) dan kemampuan fotografi yang “nggak banget”, saya mengabadikan cerita perjalanan pertama saya. Dan saya masih senang dan selalu senang jika harus mengingat kenangan ini.
Saking terlalu senangnya, setiap yang saya lihat saya ambil gambarnya, padahal menurut saya sekarang, objek yang saya foto saat itu adalah sesuatu yang kurang indah dan agak kurang penting diceritakan, hahahaaa.

bahkan "colokan" listrik di Kereta Api-pun saya potret

KA Krakatau Ekspres

Stasiun Rangkas Bitung




Saya tiba di stasiun Solo Jebres pukul 23.00 WIB (atau pukul 11 malam), dari stasiun Solo Jebres dengan menggunakan jasa ojek motor saya menuju tempat penginapan yang sudah saya pesan, waktu itu saya menginap di Hotel Tiara Puspa (klik ini). Dalam perjalanan ke penginapan, bapak tukang ojek membuka obrolan: asal saya dari daerah mana, apa tujuan ke Solo, mau ke mana saja tempat yang akan dikunjungi di Solo, bahkan si bapaknya bercerita kalau saja saya kemarin (05 November 2013) tiba di Solo, saya dapat melihat acara “Kirab Pusaka Kraton” dan “Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro” yang digelar di keraton Solo (lihat ini dan ini) karena bertepatan dengan malam tahun baru Muharram.
Saya memilih penginapan di daerah jalan Dr. Rajiman Solo yang dekat dengan jalan Brigjen Slamet Riyadi Solo, karena saya ingin menelusuri beberapa tempat di sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi.


Ternyata saya memesan kamar untuk 2 (dua) orang, jadi jatah sarapan-pun dapat 2 (dua), heheheee

Beberapa tempat yang bisa kita temui di Brigjen Slamet Riyadi adalah:
1. Kantor Pemda “Loji Gandrung”
Loji Gandrung merupakan Rumah Dinas Wali Kota Surakarta yang terletak di Jl. Brigjend Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah (klik ini).


2. Taman Sriwedari
Di dalam Taman Sriwedari terdapat Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari tempat pertunjukan wayang orang (klik ini). Saya berkunjung terlalu pagi ke tempat ini, karena pertunjukan wayang orang biasanya dimulai pada malam hari, walaupun saya memaksa untuk menonton pertunjukan wayang orang, saya pasti tidak akan mengerti bahasanya (maklum saya bukan orang jawa sejati, heheheee).


Patung Gatotkaca dan Pregiwa









3. Museum Radya Pustaka Surakarta
Museum yang berisikan benda-benda kuno serta peninggalan sejarah masa lampau, selain itu di museum ini memiliki banyak pustaka seperti pusaka tombak, keris, meriam, gasi besi, dan sebagainya yang dijaga dan dirawat dengan baik (klik ini). Saat saya berkunjung, tempat ini sedang dalam pemugaran (renovasi), jadi untuk sementara ditutup dan pengunjung tidak diperbolehkan masuk, aaakh sayang sekali.






4. House of Danar Hadi
Selain museum batik (klik ini) di tempat ini juga terdapat butik aneka pakaian dan kain batik. Selama di dalam museum, pengunjung tidak diperkenankan mengambil foto-foto. Di area belakang bangunan juga terdapat tempat membuat batik.
































5. Pura Mangkunegaran
Mangkunegaran merupakan Kadipaten yang posisinya dibawah Kasunanan dan Kasultanan. Pada tahun 1757 – 1946, Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan.
Setelah sekian abad menjadi Kerajaan otonom, pada September 1946 Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun meletusnya revolusi sosial di Surakarta pada tahun 1945-1946, telah mengakibatkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya. Walaupun demikian Mangkunegara dan Puro Mangkunegaran masih tetap menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya (klik ini).




Ada beberapa foto yang saya edit, supaya terlihat dramatis, foto asli dan foto hasil edit akan saya posting semua, agar terlihat bedanya, heheheeeee.



Foto di atas adalah 8 kotak hiasan langit-langit pendopo di Pura Mangkunegaran yang bernama Kumudawati berwarna terang melambangkan astrologi Hindu-Jawa.
Dibuat pada masa KGPAA Mangkoenagoro VII tahun 1937, oleh arsitek Belanda Thomas Karsten.
Pada lukisan ini terdapat lambang 12 bintang dalam astrologi dan 8 kotak yang masing-masing memiliki warna dan makna yang berbeda, yaitu :
Tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo diambil dari pepohonan yang tumbuh di hutan Danalaya di perbukitan Wonogiri.

Mitos: jika ada yang berhasil memeluk kayu penyangga atap joglo ini, semua keinginannya akan terkabul
Pada undakan keraton terdapat patung yang sangat indah, yaitu patung sepasang (pemetik teh) orang Tionghoa berwarna keemasan. Agak jauh di belakang masing-masing patung itu, terdapat patung wanita Eropa asal Belgia dan Prancis dibuat dari bahan yang sama.
Sumber: https://www.aroengbinang.com/2018/03/pura-mangkunegaran-solo.html








Di sisi kiri kanan pintu masuk Dalem Agung terdapat lukisan raja dan ratu Pura Mangkunegaran yang tengah berkuasa saat ini. Dalem Agung menyimpan banyak koleksi keraton yang sangat indah dan tak ternilai harganya. Sayangnya pengunjung tidak diperbolehkan memotret.

Lukisan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangunegara atau KGPAA Mangkunegara IX (ayah dari artis Paundrakarna)



Taman di bagian dalam yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbunga dan semak-semak hias, juga merupakan cagar alam dengan sangkar berisi burung, patung-patung klasik bergaya Eropa, serta kolam air mancur.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Mangkunagaran

Duuuh, ternyata hasil motret saya dulu ancur banget yaaak, hahahaaa


Bunga "Air Mata Pengantin"



Kebetulan ketika di Pura Mangkunegaran, saya satu kelompok dengan gerombolan cowok-cowok nan ganteng dari Bandung, akhirnya mereka-mereka ini menjadi teman saya selama tour di Pura Mangkunegaran ditemani oleh Pak Susilo sebagai guide-nya (kami belum sempat membayar uang tip jasa tour guide loooh ke Pak Susilo, huhuhuuu maafkan kami Pak Susilo).
Daripada saya membuat kenangan-kenangan yang buruk, yang jika diingat kembali membuat sesak rasa di dada dan meningkatkan gejolak asam lambung, lebih baik saya membuat postingan yang isinya tentang kenangan-kenangan indah dan bermanfaat bagi orang lain, seperti cerita jalan-jalan (travelling) misalnya.
Saya memulai hobi jalan-jalan dan hunting foto ketika saya mencari kesibukan setelah saya patah hati, agar tidak selalu memikirkan hal-hal kemalangan kisah asmara saya. Nekat saya melakukan travelling pertama saya sendirian, karena waktu itu tidak ada kawan yang mau diajak, heheheee. Tempat pertama yang saya jadikan tujuan travelling adalah SOLO!!! Sebenarnya sih, waktu itu saya berencana jalan ke Semarang, tetapi karena tujuan kereta api KRAKATAU EKSPRES (yang saat itu masih beroperasi) dari Cilegon, tidak ada jadwal berhenti di stasiun Semarang, maka akhirnya saya pindah haluan ke Solo.
Hanya dengan bermodalkan kenekatan hasil browsing informasi perjalanan seseorang lewat internet, compact camera Samsung SL30 (ES15) dan kemampuan fotografi yang “nggak banget”, saya mengabadikan cerita perjalanan pertama saya. Dan saya masih senang dan selalu senang jika harus mengingat kenangan ini.
Saking terlalu senangnya, setiap yang saya lihat saya ambil gambarnya, padahal menurut saya sekarang, objek yang saya foto saat itu adalah sesuatu yang kurang indah dan agak kurang penting diceritakan, hahahaaa.
bahkan "colokan" listrik di Kereta Api-pun saya potret
KA Krakatau Ekspres
Stasiun Rangkas Bitung
Saya tiba di stasiun Solo Jebres pukul 23.00 WIB (atau pukul 11 malam), dari stasiun Solo Jebres dengan menggunakan jasa ojek motor saya menuju tempat penginapan yang sudah saya pesan, waktu itu saya menginap di Hotel Tiara Puspa (klik ini). Dalam perjalanan ke penginapan, bapak tukang ojek membuka obrolan: asal saya dari daerah mana, apa tujuan ke Solo, mau ke mana saja tempat yang akan dikunjungi di Solo, bahkan si bapaknya bercerita kalau saja saya kemarin (05 November 2013) tiba di Solo, saya dapat melihat acara “Kirab Pusaka Kraton” dan “Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro” yang digelar di keraton Solo (lihat ini dan ini) karena bertepatan dengan malam tahun baru Muharram.
Saya memilih penginapan di daerah jalan Dr. Rajiman Solo yang dekat dengan jalan Brigjen Slamet Riyadi Solo, karena saya ingin menelusuri beberapa tempat di sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi.
Ternyata saya memesan kamar untuk 2 (dua) orang, jadi jatah sarapan-pun dapat 2 (dua), heheheee

Beberapa tempat yang bisa kita temui di Brigjen Slamet Riyadi adalah:
1. Kantor Pemda “Loji Gandrung”
Loji Gandrung merupakan Rumah Dinas Wali Kota Surakarta yang terletak di Jl. Brigjend Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah (klik ini).
2. Taman Sriwedari
Di dalam Taman Sriwedari terdapat Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari tempat pertunjukan wayang orang (klik ini). Saya berkunjung terlalu pagi ke tempat ini, karena pertunjukan wayang orang biasanya dimulai pada malam hari, walaupun saya memaksa untuk menonton pertunjukan wayang orang, saya pasti tidak akan mengerti bahasanya (maklum saya bukan orang jawa sejati, heheheee).
Patung Gatotkaca dan Pregiwa
3. Museum Radya Pustaka Surakarta
Museum yang berisikan benda-benda kuno serta peninggalan sejarah masa lampau, selain itu di museum ini memiliki banyak pustaka seperti pusaka tombak, keris, meriam, gasi besi, dan sebagainya yang dijaga dan dirawat dengan baik (klik ini). Saat saya berkunjung, tempat ini sedang dalam pemugaran (renovasi), jadi untuk sementara ditutup dan pengunjung tidak diperbolehkan masuk, aaakh sayang sekali.
4. House of Danar Hadi
Selain museum batik (klik ini) di tempat ini juga terdapat butik aneka pakaian dan kain batik. Selama di dalam museum, pengunjung tidak diperkenankan mengambil foto-foto. Di area belakang bangunan juga terdapat tempat membuat batik.
5. Pura Mangkunegaran
Mangkunegaran merupakan Kadipaten yang posisinya dibawah Kasunanan dan Kasultanan. Pada tahun 1757 – 1946, Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan.
Setelah sekian abad menjadi Kerajaan otonom, pada September 1946 Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun meletusnya revolusi sosial di Surakarta pada tahun 1945-1946, telah mengakibatkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya. Walaupun demikian Mangkunegara dan Puro Mangkunegaran masih tetap menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya (klik ini).
Ada beberapa foto yang saya edit, supaya terlihat dramatis, foto asli dan foto hasil edit akan saya posting semua, agar terlihat bedanya, heheheeeee.

Foto di atas adalah 8 kotak hiasan langit-langit pendopo di Pura Mangkunegaran yang bernama Kumudawati berwarna terang melambangkan astrologi Hindu-Jawa.
Dibuat pada masa KGPAA Mangkoenagoro VII tahun 1937, oleh arsitek Belanda Thomas Karsten.
Pada lukisan ini terdapat lambang 12 bintang dalam astrologi dan 8 kotak yang masing-masing memiliki warna dan makna yang berbeda, yaitu :
- Kuning, bermakna selalu siaga
- Biru, untuk mencegah bencana
- Hitam, untuk melawan kemarahan
- Hijau, untuk melawan stres
- Putih, untuk melawan hawa nafsu
- Orange, untuk melawan rasa takut
- Merah, untuk melawan kejahatan
- Ungu, untuk melawan pikiran jahat
Tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo diambil dari pepohonan yang tumbuh di hutan Danalaya di perbukitan Wonogiri.
Mitos: jika ada yang berhasil memeluk kayu penyangga atap joglo ini, semua keinginannya akan terkabul
Pada undakan keraton terdapat patung yang sangat indah, yaitu patung sepasang (pemetik teh) orang Tionghoa berwarna keemasan. Agak jauh di belakang masing-masing patung itu, terdapat patung wanita Eropa asal Belgia dan Prancis dibuat dari bahan yang sama.
Sumber: https://www.aroengbinang.com/2018/03/pura-mangkunegaran-solo.html




Di sisi kiri kanan pintu masuk Dalem Agung terdapat lukisan raja dan ratu Pura Mangkunegaran yang tengah berkuasa saat ini. Dalem Agung menyimpan banyak koleksi keraton yang sangat indah dan tak ternilai harganya. Sayangnya pengunjung tidak diperbolehkan memotret.
Lukisan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangunegara atau KGPAA Mangkunegara IX (ayah dari artis Paundrakarna)
Taman di bagian dalam yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbunga dan semak-semak hias, juga merupakan cagar alam dengan sangkar berisi burung, patung-patung klasik bergaya Eropa, serta kolam air mancur.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Mangkunagaran
Duuuh, ternyata hasil motret saya dulu ancur banget yaaak, hahahaaa
Bunga "Air Mata Pengantin"

Kebetulan ketika di Pura Mangkunegaran, saya satu kelompok dengan gerombolan cowok-cowok nan ganteng dari Bandung, akhirnya mereka-mereka ini menjadi teman saya selama tour di Pura Mangkunegaran ditemani oleh Pak Susilo sebagai guide-nya (kami belum sempat membayar uang tip jasa tour guide loooh ke Pak Susilo, huhuhuuu maafkan kami Pak Susilo).
Untuk mencapai Pura Mangkunegaran saya melewati daerah Pasar Triwindu, Pasar Triwindu dikenal sebagai pusat penjualan barang antik yang ada di Surakarta atau Kota Solo. Sejak 5 Juli 2008, pasar ini dipugar dan dibuat bangunan baru yang disesuaikan dengan arsitektur budaya Solo (klik ini).




Di pinggir pedestrian terdapat beberapa patung orang menabuh gamelan dengan posisi masing-masing patung memegang instrumen gamelan yang berbeda.






Sayang sekali banyak patung yang dicoret-coret oleh orang-orang bertangan jahil dan tidak bertanggung-jawab.





Mengunjungi 5 (lima) tempat ini saya tempuh dengan berjalan kaki dengan jarak ± 3 km, heheheee. Walaupun jauh, tapi saya merasa senang, karena di sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi Solo banyak tempat-tempat wisata sejarah dan budaya yang masih terawat dengan baik dan terlihat indah.
Selain itu fasilitas untuk pejalan kaki sangat diprioritaskan oleh pemerintah kota Solo, seperti trotoar yang luas, tempat duduk bahkan toilet portable.





Rel kereta yang masih aktif, yang jalurnya berbagi dengan kendaraan lainnya di jalan raya

City Walk

















Perjalanan hari ke-2 saya di Solo saya menelurusi tempat yang agak jauh, yaitu:

Di pinggir pedestrian terdapat beberapa patung orang menabuh gamelan dengan posisi masing-masing patung memegang instrumen gamelan yang berbeda.

Sayang sekali banyak patung yang dicoret-coret oleh orang-orang bertangan jahil dan tidak bertanggung-jawab.
Mengunjungi 5 (lima) tempat ini saya tempuh dengan berjalan kaki dengan jarak ± 3 km, heheheee. Walaupun jauh, tapi saya merasa senang, karena di sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi Solo banyak tempat-tempat wisata sejarah dan budaya yang masih terawat dengan baik dan terlihat indah.
Selain itu fasilitas untuk pejalan kaki sangat diprioritaskan oleh pemerintah kota Solo, seperti trotoar yang luas, tempat duduk bahkan toilet portable.
Rel kereta yang masih aktif, yang jalurnya berbagi dengan kendaraan lainnya di jalan raya
City Walk

Perjalanan hari ke-2 saya di Solo saya menelurusi tempat yang agak jauh, yaitu:
1. Wijayakusuma Kampung Batik Kauman
Kawasan Kampung Batik Kauman di jalan Wijayakusuma untuk mencari oleh-oleh kain batik dan baju batik untuk keluarga dan teman-teman. Kali ini seharian saya ditemani oleh bapak tukang becak, yang merangkap juga sebagai tour guide, heheheee.

2. Keraton Kasunan Surakarta
Dari Wikipedia, Keraton Surakarta Hadiningrat adalah istana resmi Kasunanan Surakarta yang terletak di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743.
Walaupun Kasunanan Surakarta tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia sejak tahun 1945, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sri Sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata utama di Kota Surakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik (klik ini atau ini).




Menara Sanggabuana atau Panggung Sanggabuwana
Penjelasan atau cerita tentang Menara Sanggabuana atau Panggung Sanggabuwana dapat dilihat di sini, di sini, di sini atau di sini.

Di dalam area keraton, tidak boleh menggunakan alas kaki alias nyeker

Raja Keraton Kasunan Solo, menghimbau agar lahan di depan keraton ditanami pohon sawo kecik, untuk menciptakan suasana yang rindang dan asri.

Sawo Kecik


Pendopo yang bernama Sasana Sewaka tersebut dihiasi berbagai macam patung dengan gaya yunani atau eropa kuno. Patung bergaya eropa tersebut tepat berada didepan pendopo yang berjumlah lebih dari 6 buah.





















Dupa dan sesaji di area Keraton Kasunanan Solo

Selain itu, terdapat sumur tua yang airnya sangat jernih, beberapa Petualang memanfaatkan untuk berwudhu dan memcuci muka. Sumber: https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/budaya-jawa/keraton-surakarta-perpaduan-kemegahan-eropa-dan-keunikan-jawa/








Travelling saat itu sangat menyenangkan sekali, walaupun saya melakukan perjalanan sendiri, saya tetap bisa menikmati setiap moment perjalanannya, dan ketika harus menghadapi kenyataan, saya sudah siap dengan suasana hati yang baru, suasana hati yang lebih bersemangat dan lebih ceria.
2. Keraton Kasunan Surakarta
Dari Wikipedia, Keraton Surakarta Hadiningrat adalah istana resmi Kasunanan Surakarta yang terletak di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743.
Walaupun Kasunanan Surakarta tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia sejak tahun 1945, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sri Sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata utama di Kota Surakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik (klik ini atau ini).
Menara Sanggabuana atau Panggung Sanggabuwana
Penjelasan atau cerita tentang Menara Sanggabuana atau Panggung Sanggabuwana dapat dilihat di sini, di sini, di sini atau di sini.
Di dalam area keraton, tidak boleh menggunakan alas kaki alias nyeker

Raja Keraton Kasunan Solo, menghimbau agar lahan di depan keraton ditanami pohon sawo kecik, untuk menciptakan suasana yang rindang dan asri.
Sawo Kecik

Pendopo yang bernama Sasana Sewaka tersebut dihiasi berbagai macam patung dengan gaya yunani atau eropa kuno. Patung bergaya eropa tersebut tepat berada didepan pendopo yang berjumlah lebih dari 6 buah.








Dupa dan sesaji di area Keraton Kasunanan Solo
Selain itu, terdapat sumur tua yang airnya sangat jernih, beberapa Petualang memanfaatkan untuk berwudhu dan memcuci muka. Sumber: https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/budaya-jawa/keraton-surakarta-perpaduan-kemegahan-eropa-dan-keunikan-jawa/

Travelling saat itu sangat menyenangkan sekali, walaupun saya melakukan perjalanan sendiri, saya tetap bisa menikmati setiap moment perjalanannya, dan ketika harus menghadapi kenyataan, saya sudah siap dengan suasana hati yang baru, suasana hati yang lebih bersemangat dan lebih ceria.
Komentar
Posting Komentar