Langsung ke konten utama

Jagalah Mulut, Jangan Kau Kotori

Jadi, ini cerita saya 3 (tiga) hari sebelum lebaran tahun ini. Bermula dari kekesalan saya yang sudah lama terhadap tetangga depan rumah, yang selalu parkir di jalan umum (padahal dia punya garasi) dan selalu menghalangi jalan. Biasanya saya selalu parkir kendaraan di rumah adik saya (untuk menghindari kontak dengan si tetangga perihal parkirnya yang sembarangan dan sudah sering kali diingatkan), tetapi karena besok harinya sudah mulai cuti persiapan lebaran dan adik saya pasti pulang ke rumahnya, saya harus memindahkan kendaraan saya untuk parkir di rumah. Lalu bagaimana saya bisa parkir di rumah, sedangkan si tetangga itu parkir di jalan dan menghalangi saya untuk masuk parkir ke garasi rumah saya sendiri??? Geram dan kesal, sambil marah-marah dan ngedumel (padahal sedang berpuasa) saya bilang ke bapak saya: “itu tetangga depan rumah B*G* banget, otaknya nggak dipake, selalu parkir di jalan, padahal punya garasi, terus saya mau parkir di rumah gimana masuknya, kalau mobil dia ngehalangi??? Pokoknya kalau besok dia masih nggak masukin mobilnya ke garasi rumahnya, saya mau parkir di jalan juga, biar orang lain nggak bisa lewat sekalian”.

Besok harinya saya berangkat ke kantor seperti biasa, kendaraan saya juga baik-baik saja tidak ada masalah apapun dan berhasil saya bawa ke kantor. Tetapi ketika pulang, Astagfirullah!!! Si mobil mati mesinnya, saya coba men-starter mobil berkali-kali mesin mobil tidak mau menyala. Kondisi aki mobil baik-baik saja, bensinpun masih banyak. Menurut kawan saya, kemungkinan bensinnya tidak mau naik, biasanya sih pompa bensinnya yang bermasalah. Oke, akhirnya mobil saya tinggal dulu dan kembali besok (padahal besok saya sudah cuti) dengan bapak saya (kebetulan bapak saya bisa membetulkan mobil). Besok harinya (sehari sebelum lebaran), saya dan bapak juga adik saya ke kantor untuk membetulkan mobil saya. Kami pikir, hanya dengan mengganti pompa bensinnya saja sudah cukup, tapi ternyata tidak, bensin tidak mau naik ke injeksi (sepertinya). Dari pagi sampai dzuhur, mobil saya mesinnya tetap tidak mau hidup, akhirnya kami menyerah dan terpaksa menarik mobil saya dari kantor ke rumah dengan jarak ± 30 km. Panas dan sangat haus kami rasakan saat itu, selama sebulan berpuasa tahun ini, puasa hari itu adalah puasa terberat yang kami alami, apalagi untuk bapak dan adik saya.

Lalu bapak saya nyeletuk: “gara-gara kamu sih kemarin, marah-marah sama tetangga depan, sambil ngancam mau parkir di jalan segala, jadi aja mogok mobilnya”. Tidak hanya bapak saya, ibu saya juga mengingatkan: “puasa itu harus sabar, nggak boleh marah, apalagi sampai ngomong sembarangan”. Bahkan adik bungsu saya, meledek sambil cengar-cengir: “elo sih mbak, pake marah-marah”.

Hmmm, tetangga yang “മണ്ടത്തരങ്ങൾ” memang selalu membuat ingin “тангараг өргөе”. Yaaa, memang benar apa yang keluarga saya katakan, SABAR!!! Nah, bisa dilihat kan, dari hasil “праклён” akhirnya rugi banyak, mobil saya sampai sekarang masih belum betul juga (bengkel juga masih belum buka), padahal awalnya hanya karena kata-kata “келесоо” yang keluar dari mulut dan hati.
 
 

Komentar