Langsung ke konten utama

MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

Oktober 2018

Sebelumnya saya memposting tentang Gedung Joang '45 di daerah Menteng, Jakarta Pusat (klik ini). Tidak jauh dari Gedung Joang '45 (sekitar 2 km) terdapat Museum Perumusan Naskah Proklamasi disingkat dengan MUNASPROK.

Baiklah, silahkan disimak ulasan saya tentang MUNASPROK di mana informasi datanya saya peroleh dari MUNASPROK.


SEJARAH GEDUNG
Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920-an oleh seorang arsitek Belanda J.F.L. Blankenberg bergaya arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 m2 dan luas bangunan 1.138,10 m2. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah Perang gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan Jepang, gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris. Pemindahan status pemilikian gedung ini, terjadi dalam aksi nasionalis terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh kedutaan Inggris sampai dengan 1981. Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Gedung ini menjadi sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia karena pada 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah proklamasi bangsa Indonesia, oleh karena itu pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung sejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 0476/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang Kebudayaan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kini Museum Perumusan Naskah Proklamasi berada di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan No. 47 tahun 2012 tanggal 20 Juli 2012.

RUANG MUSEUM

I. RUANG PERTEMUAN
Ruang ini merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam persiapan perumusan naskah proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo, diterima oleh Laksamana Tadashi Maeda di ruang ini.

Meja dan kursi tamu, yang kondisi saat ini masih terawat dengan sangat baik. Dan menurut saya desain meja dan kursi tamu ini sangat modern untuk tahun 1940an


II. RUANG PERUMUSAN
Ruang ini merupakan tempat dirumuskannya naskah proklamasi. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB. Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo memasuki ruang ini untuk merumuskan konsep naskah proklamasi.


Drs. Moh. Hatta, Ir. Soekarno dan Mr. Ahmad Soebarjo

Naskah Teks Proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno, yang dibuat salinannya dengan ukuran sebesar papan tulis




III. RUANG PENGETIKAN
Setelah persetujuan dari hadirin, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi. Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi di ruang bawah tangga, ditemani oleh B.M. Diah.



Dulunya adalah ruangan dapur, yang letaknya sebelah ruang pengetikan naskah proklamasi

IV.  RUANG PENGESAHAN
Ruang ini merupakan tempat disetujuinya konsep naskah proklamasi oleh seluruh hadirin yang datang, ± 40-50 orang, serta tempat disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang subuh, Jum’at 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.



TOKOH-TOKOH
Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan museum sejarah yang di dalamnya menceritakan mengenai detik-detik sejarah peristiwa perumusan naskah proklamasi ang dihadiri oleh para tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa tersebut. Oleh karena itu dalam pencarian dan pengumpulan data sejarah dapat terkait mengenai peristiwa tersebut ataupun mengenai para tokoh yag hadir.

Mengapa rekam jejak para tokoh mendapat porsi penting dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi, hal ini dikarenakan kehadiran para tokoh bukanlah suatu kejadian yang kebetulan, terdapat proses panjang yang menjadikan para tokoh tersebut dapat berkumpul dalam suatu peristiwa maha penting dalam terbentuknya Negara dan Bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh yang telah berjuang dengan cara dan kemampuan masing-masing akhirnya dipertemukan dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi 16 Agustus 1945.

Tokoh-tokoh yang terlibat adalah antara lain:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Ahmad Soebardjo
4. Dr. Mohammad Amir
5. Dr. Boentaran Martoatmodjo
6. Mr. I Goesti Ketut Poedja
7. Mr. A. Abbas
8. Mr. Iwa Kusumasumantri
9. Mr. Johanes Latoeharhary
10. Samaun Bakry
11. Mr. Teukoe Moehammad Hasan
12. Ki Hajar Dewantara (Mas Suwardi Suryaningrat)
13. R. Oto Iskandar di Nata
14. Dr. K. R. T. Radjiman Wediodiningrat
15. Mr. Soetardjo Kartohadikusumo
16. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo
17. R. Soekarjo Wirjopranoto
18. Dr. G. S. S. J. Ratulangi
19. Burahnuddin Moehammad Diah
20. Sukarni
21. Chaerul Saleh
22. Sayuti Melik
23. Anang Abdoel Hamidhan
24. Ki Bagus Hadikusumo
25. Andi Pangerang
26. Abikoesno Tjokrosoejoso
27. Dr. Samsi Sastrowidagdo
28. Soediro

PERISTIWA SEJARAH LAINNYA
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan secara fisik saja tetapi juga dengan cara diplomasi. Awal perjuangan diplomasi, terjadi di gedung ini, yaitu pada 17 November 1945 diadakan pertempuran antara pihak Indonesia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan pihak Belanda yang dipimpin oleh DR. H.J. Van Mook, sedangkan dari pihak Sekutu diwakili oleh Let. Jen. Christisson.

Pada 7 Oktober 1946, atas jasa baik Inggris perundingan dilakukan lagi di gedung ini yaitu antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda oleh Prof. Schermerhorn, sedangkan sebagai penengahnya adalah Lord Killearn.

Di lantai dua gedung ini terdapat 5 (lima) ruangan yang memajang foto-foto sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan seusai proklamasi beserta info mengenai foto-foto tersebut. Foto-foto peristiwa sejarah tersebut meliputi:

1. Pertempuran 5 hari di Semarang, 15-20 Oktober 1945
2. Peristiwa Surabaya, 10 November 1945
3. Perundingan Indonesia-Belanda, 17 November 1945
4. Pertempuran Medan Area di Sumatra Timur, 10 Desember 1945
5. Peristiwa Merah Putih di Sulawesi Utara, 14 Februari 1946
6. Peristiwa Bandung Lautan Api, 24 Maret 1946
7. Agresi Militer I di Jawa Timur, 21 Juli 1947
8. Perundingan Indonesia-Belanda, 17 Oktober 1946
9. Peristiwa Perundingan Linggarjati, November 1946
10. Peristiwa Puputan Margarana di Bali, 20 November 1946
11. Peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan, 07-25 Desember 1946
12. Pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang, 01-05 Januari 1947
13. Kedatangan Komisi Tiga Negara (KTN) di Yogyakarta, 29 Oktober 1947
14. Agresi Militer II di Yogyakarta, 19 Desember 1948
15. Perjanjian Renville, 17 Januari 1948 (pertukaran tawanan perang antara RI dengan Belanda dan hijrahnya Pasukan Siliwangi ke pedalaman Jawa Tengah)
16. Serangan Umum 01 Maret 1949










Selain itu ada juga foto-foto peristiwa menjelang hari proklamasi dan tepat pada hari proklamasi.

1. Penyerahan Hindia Belanda – Serangan militer Jepang ke Pearl Harbour, memicu Amerika Serikat untuk menyatakan Perang Pasifik (klik ini) tanggal 07 Desember 1941. Hindia Belanda lalu menyatakan perang terhadap Jepang, mendahului Sekutu. Lalu Jepang menyerbu Hindia Belanda dan Hindia Belanda menyerah tanpa syarat pada 08 Maret 1943 di Kalijati, Jawa Barat. Dan Hindia Belanda runtuh.

2. BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) – Pembentukan BPUPKI tanggal 01 Maret 1945 oleh Jepang dengan ketua Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas BPUPKI untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang menyangkut pembentukan Indonesia merdeka.

3. PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) – Dibentuk oleh Jepang pada 07 Agustus 1945 dengan ketua Ir. Soekarno dan wakil Drs. Moh. Hatta, bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan.

4. Jatuhnya Bom Atom di Horshima dan Nagasaki pada 06 Agustus 1945 dan 09 Agustus 1945 menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945.

5. Pengamanan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta oleh “Golongan Muda” di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 dengan tujuan mendorong agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera memprokalamasikan kemerdekan negara Indonesia.

6. Bertempat di kediaman Laksamada Muda Tadashi Maeda, dirumuskan naskah proklamasi oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945 s.d. 17 Agustus 1945.

7. Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di kediaman Ir. Soekarno jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Lalu dilanjutkan dengan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (dijahit Ibu Fatmawati, isteri Ir. Soekarno) oleh Latief Hendraningrat dan Suhud Martokusumo.

8. Pada 17 Agustus 1945 Kantor Berita Antara menyiarkan berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia ke berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai cara.

9. Sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 s.d. 9 Agustus 1945 (klik).

10. Rapat Raksasa di Lapangan IKADA, rapat yang menyambut Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 19 September 1945, dengan tentara Jepang yang masih berjaga-jaga yang menciptakan suasana mencekam.

Selain foto-foto tentang peristiwa terkait dengan kemerdekaan bangsa Indonesia, di salah satu ruangan terdapat foto-foto dan profil para tokoh yang terlibat dalam menyusunan naskah proklamasi juga barang-barang memorabilia dari para tokoh tersebut.









1. Konferensi Meja Bundar dalam penyelesaian sengketa antara Indonesia – Belanda pada 23 Agustus 1949 di Den Haag Belanda. (klik)
2. Pengakuan Kedaulatan negara Indonesia oleh Belanda. (klik)
3. Konferensi RIS – RI – NIT di Jakarta pada Mei 1950.
4. Drs. Moh. Hatta menyerahkan mandat sebagai Presiden RIS kepada Ir. Soekarno di Jakarta tanggal 15 Agustus 1950.
5. Pengibaran Bendera Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1950 di Istana Merdeka, sebagai rasa syukur atas kembalinya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan suasana yang penuh kegembiraan.

Laksamana Maeda


Mbak Winda, sedang menonton video dari smartphone dengan aplikasi SIJI, aplikasi layanan untuk informasi berupa video dari poster, hanya dengan men-scan kode yang ada pada infografi.


Fasilitas yang disediakan oleh pihak museum kepada pengunjung adalah:
1. Informasi tentang para tokoh perumusan naskah proklamasi pada monitor layar sentuh (di Ruang Pertemuan)

Layar sentuh yang memberikan informasi tentang tokoh-tokoh perumusan naskah proklamasi, cukup dengan memilih foto tokoh yang kita maksud


2. Komik tentang detik-detik proklamasi (di Ruang Perumusan)

Cerita tentang pengamanan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok oleh Golongan Muda (menjelang proklamasi)

3. Free wifi (ini bagian yang saya suka, jadi para pengunjung bisa langsung eksis di media sosial, heheheee)


4. Poster infografi yang dapat dilihat dalam bentuk video melalui smartphone dengan memindai kode scan dari aplikasi SIJI yang dapat didownload di playstore.

 
Oh iya, karena gedung museum ini dulunya ada rumah tinggal, tidak heran jika ada ruangan kamar mandi (toilet).





Ruang kamar mandinya sangat luas sekali, mungkin sama ukurannya dengan ukuran ruang tamu di rumah saya, hahahaaa.

Berkunjung ke museum ini dan Gedung Joang '45 (klik), tidak sekedar foto-foto dan mengetahui sejarah. Tetapi juga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada negara, karena untuk meraih kemerdekaan suatu negara itu tidaklah mudah, butuh perjuangan dan banyak pengorbanan.

Maka dari itu, kita harus bersyukur karena sudah hidup di masa merdeka. Kita harus menjaga keutuhan bangsa ini. Janganlah kita sebagai saudara sebangsa dan setanah-air, bercerai-berai dan berperang hanya karena perbedaan pendapat, kepercayaan dan budaya.

Apa kita tidak merasa malu dengan para pahlawan yang dengan susah payah menyatukan bangsa-bangsa di Indonesia, yang tujuan hanya satu… Merdeka, utuh, bersatu agar menjadikan negara ini menjadi negara yang maju dan beradab (banyak juga ternyata, tidak hanya satu, heheheee).

Miris sekali jika saya melihat peperangan di media sosial karena pemilihan presiden, pertandingan olah-raga apalagi ribut hanya karena nonton pertunjukkan dangdut (heleeeh, sedih aku tuuuh liatnyaaa…).

Komentar