Awal Juli tahun 2019 ini, saya dan beberapa peserta rombongan open trip Mandiri Holiday (klik ini) melakukan perjalanan ke Lembang, Bandung.
Padahal seminggu sebelumnya, saya baru saja dari Trans Studio Bandung, menemani adik saya dan keluarganya untuk datang ke acara Gathering Perusahaan dari tempat dia bekerja. Perjalanan ke Bandung minggu sebelumnya, saya menggunakan kendaraan pribadi (kendaraan kecil) dengan tujuan agar dapat melewati jalan pintas (Kali Malang) untuk menghindari kemacetan parah di area tol Bekasi yang sudah sekitar 3 tahun ini ada proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta – Cikampek.
Belum pulih rasa lelah saya karena keruwetan perjalanan ke Bandung minggu sebelumnya, saya harus menuju ke Bandung lagi dengan menggunakan bus, ya sudaaahlaaaahyaaaaah, pasrahlah saya dengan segala kemacetan sepanjang tol Bekasi. Kami berangkat dari Cilegon – Serang sekitar pukul 23.00 - 24.00 WIB dan baru tiba di Grafika Cikole Lembang Bandung sekitar pukul 11.00 WIB, bayangkaaan?!?!?! Perjalanan dari Serang ke Bandung yang biasanya ditempuh dalam waktu ±4 jam, harus kami tempuh dalam waktu hampir 12 jam perjalanan.
Kesal dan capek saya rasakan saat itu, kaki dan badan pegal sekali, kepala pusing, perut mulas, daaan lain sebagainya.
Begitu tiba dan turun di daerah Lembang, untungnya disambut udara sangat sejuk dan dingin di Lembang. Sehingga rasa penat selama perjalanan perlahan-lahan menghilang.
kali ini saya membawa adik saya, Tio (lumayan buat jadi tukang foto, heheheee)
Karena jadwal yang sudah direncanakan terlambat sangat jauh dari itinerary yang sudah dibuat panitia, kami diberi batas waktu untuk meng-explore Grafika Cikole yang cukup luas ini dalam waktu hanya 1 (satu) jam sudah termasuk dengan waktu makan siang dan sholat dzuhur.
Saya pikir: “Okelah cukup, toh nggak lama kok saya cari objek foto”
Datang di Grafika Cikole kami langsung menuju restoran yang ada di bawah dekat dengan area masuk kawasan wisata Grafika Cikole.
menu makanan kami: nasi, opor ayam, oreg tempe, gudeg nangka (hmmm enaaak)
Setelah makan, kami langsung saja masuk menuju area wisata.
Di area ini terdapat banyak sekali spot foto, dan area spot foto kesukaan saya adalah Apache Camp. Di Apache Camp, dibuat seperti pemukiman orang-orang suku Indian lengkap dengan gua-nya, heheheee.
Ibu tadinya mau motret anak-anak dan bapake, eeeh anak-anaknya kabur, akhirnya cuma si bapake yang dipotret
ceritanya ngintip-ngitip keluar dari gua
Ada juga spot foto dimana pengunjung yang mempunyai keberanian tinggi pastilah suka dengan ayunan hammock bertingkat ini. Dan hutan pohon pinus yang memang sangat bagus untuk dijadikan background foto.
Naaah, ternyata saya cukup lama di area ini, karena banyak permintaan foto, sampai lupa “misi” saya sendiri, hahahaaa.
Agak lama saya menghabiskan waktu di tempat ini, tanpa melihat sisa waktu yang diberikan panitia. Dimana seharusnya dalam waktu 1 (satu) jam saya bisa puas menjelajahi Grafika Cikole.
ini bocah, minta difoto gaya a la model segala lah, bikin tambah lama, hahaha
Buru-buru saya mengelilingi area Grafika Cikole, seperti area penginapan yang mirip seperti kabin di dalam hutan dan di depannya terdapat patung kurcaci. Selain penginapan dalam bentuk kabin ada juga yang seperti tenda. Jika ingin mengetahui info lebih lengkap tentang Grafika Cikole dapat dilihat di sini.
gaya mau malak, hahaha
Daaan walhasil saya terlambat berkumpul sekitar ±30 menit, sehingga panitia dan kawan saya sibuk menghubungi saya untuk segera kembali ke bus, padahal saya sedang kebingungan mencari pintu keluar, hahahaaa dodoool!!!
kali ini, foto saya agak banyak, karena ada adik saya yang bisa dimintai tolong motret saya
Rencana mengunjungi Floating Market akhirnya tidak kesampaian, kami tidak bisa parkir di sana karena macet dan penuh. Akhirnya panitia memutuskan untuk parkir dan belanja-belanja (juga wisata kuliner) di tempat oleh-oleh (yang ada bolu susu dan tahu susu) di daerah Lembang Bandung yang tidak jauh dari Floating Market (klik ini atau ini). Jadi, bagi peserta yang ingin mengunjungi Floating Market diberi waktu 1 (satu) jam!!! Tidaaaaak!!! Padahal saya masih penasaran dengan area ala-ala Jepang dan Mini Town yang ada Floating Market.
Tapi, yaaa sudahlah, akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengunjungi Floating Market, khawatir terjebak macet dan lupa waktu. Dan hanya jajan-jajan saja di tempat oleh-oleh ini.
Setelah ashar, kami lanjutkan perjalanan kami ke Orchid Forest. Kenapa harus menjelang gelap menuju tempat ini? Karena akan banyak spot foto yang bagus jika malam hari dari sinar lampu-lampu yang dipasang di Orchid Forest.
apalaaah ini di tempat sampah
ngeblur lagi
Ada alasan kenapa tempat ini disebut Orchid Forest, karena terdapat pusat pembibitan dan penangkaran budi daya tanaman anggrek (Orchid House), yang diharapkan dapat menjadi hutan anggrek terbesar di Indonesia.
Di Orchid Forest tercatat memiliki 150an koleksi jenis tanaman anggrek yang berasal dari seluruh dunia (kalau soal anggrek, jadi ingat postingan saya yang ini). Bibit dan tanaman anggrek dapat dibeli di toko setelah kita keluar dari Orchid House. Harga tanaman anggrek yang ditawarkan sekitar Rp. 130.000,-
beberapa foto agak ngeblur dan gelap, karena hari sudah mulai malam
Jenis-jenisnya antara lain:
- Dendrobium Margaritaceum (biasa ditemukan di daerah Vietnam Utara, Thailand Utara dan Cina Barat Daya, anggrek ini biasanya tumbuh di daerah dengan suhu hangat hingga dingin);
- Dendrobium Trantuanii (biasa ditemukan di Vietnam Utara, pada suhu hangat);
- Dendrobium Mutabile (biasanya berwarna dasar putih dan sedikit warna pink di ujung kelopaknya);
- Phalaenopsis Parishii Pink (berasal dari Himalaya, India, Myanmar, Thailand dan Vietnam);
- Phalaenopsis Bellina;
- Phalaenopsis Cornu Cervi Red (berasal dari India, Burma, Thailand. Laos, Vietnam, Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Filipina, memiliki penampilan seperti tanduk rusa dan berwarna merah);
- Phalaenopsis Amabilis;
- Rhynchostylis Retusa;
- Vanda Helvola (biasa ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Malaysia);
- Vanda Tricolor Var Suavis (dengan warna dasar putih keunguan dengan bercak ungu kemerahan, ditemukan di daerah Laos);
- Vanda Doughlas (atau biasa disebut Vanda Genta Bandung, yang dijadikan ikon kota Tangerang Selatan, dengan kelompak berjumlah 3 dan 1 sepal atas juga 2 serpal samping);
- Nepenthus Lingulata (termasuk jenis “kantung semar” berasal dari Sumatera Utara);
- Nepenthus Deroose Alata (disebut “DeRoose” karena diproduksi oleh DeRoose Nursery di Belgia);
- Nepenthus Bongso (disebut juga Kantung Semar Sumatera, memiliki warna ungu dan merah);
- Nepenthus Talangensis (tanaman kantung semar dari Sumatera, tepatnya dari Gunung Talang Sumatera);
- Oncidium Golden Shower (disebut juga dengan “The Lady Dancing”, karena menyerupai wanita yang sedang berdansa dengan mengenakan gaun kuning keemasan);
- Cymbidium Bicolor (atau Anggrek Uncal yang tersebar di Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatera, Jawad an Sulawesi);
- Spathoglottis Plicata Blume (berasal dari daerah kepulauan Pasifik (Hawai dan Florida) kemudian menyebar ke daerah tropis dan semitropis);
- Fredclarkeara After Dark;
- Encyclia Cochleata (dikenal dengan nama Anggrek Cumi-Cumi karena bentuknya seperti cumi-cumi);
- Calanthe Triplicata (atau di Australia dikenal dengan “The Christmas Orchid”, bunga asli dari Oceania, Asia dan Afrika Timur, biasa tumbuh di suhu dingin dan lembab);
- Dracula Mix Simia (dengan tekstur berkutil memberikan tampilan seperti dua mata dan hidung, juga menyerupai drakula yang sedang menyeringai memamerkan gigi).
Dendrobium Margaritaceum
Dendrobium Margaritaceum
Dendrobium Margaritaceum
Dendrobium Margaritaceum
Vanda Tricolor Var Suavis
Oncidium Golden Shower
Semoga Orchid Forest Lembang Bandung dapat menjadi tempat wisata dengan konsep Ekowisata (klik ini, ini atau ini) dan Geowisata (klik ini) terbesar di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar