Langsung ke konten utama

Pulau Burung atau Pulau Dua

September 2014

Hmmm, tidak ada petunjuk arah atau petunjuk jalan yang jelas untuk mencapai Pulau Burung ini. Tidak ada plang atau gapura di pinggir jalan untuk menandai tempat ini. Maka dari itu, tidak ada yang menyangka ada tempat seperti ini di wilayah utara Serang Banten, tepatnya di Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Pengunjung dapat menggunakan bantuan GPS dan GPS yang lainnya (Gunakan Penduduk Sekitar, alias bertanya ke warga setempat seperti yang saya lakukan, heheheee). Ketika itu saya menggunakan mobil angkutan umum (angkot) yang kami sewa seharian (dari kota Serang) untuk berkeliling di wilayah Banten Lama. Lebih praktis jika pengunjung menggunakan kendaraan pribadi (baik motor atau mobil), karena sangat jarang sekali ditemukan (malah cukup susah) kendaraan umum untuk mengunjungi tempat-tempat di daerah ini.


dari jalan besar menuju ke pintu masuk Pulau Burung, kita melalui lahan tambak (sepertinya tambak ikan bandeng)





Wajar, kalau menurut saya jika tempat ini sulit dicari. Karena tempat ini bukan tempat wisata atau piknik untuk umum, melainkan kawasan konservasi (cagar alam) untuk burung. Di mana burung-burung yang sedang bermigrasi dari daerah yang sedang mengalami musim dingin (saya tidak tau pasti burung-burung ini bermigrasi dari negara mana, hahahaaa) dapat singgah dan tinggal dengan aman, membangun sarang untuk berkembang biak.



Tidak ada tiket masuk ke tempat ini, cukup izin ke petugas penjaga dan mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Kita juga bisa menaiki menara/ gardu pengintai untuk mengamati burung. Tetapi yang saya dan kawan-kawan lihat adalah pemadangan Teluk Banten yang sangat indah.




kapal nelayan sedang melaut, mencari ikan (ya iyalaaah, masa' mencari ribut?)



Dan kenapa Pulau Burung ini dinamai juga dengan Pulau Dua?

Menurut info yang saya dapat di sini: Jadi, ketika zaman Kesultanan Banten, Pulau Burung terpisah (dipisahkan oleh perairan dangkal yang menjadi muara Sungai Cibanten) dengan pesisir Pulau Jawa yang jaraknya hanya sekitar 500 meter (mungkin karena ada 2 (dua) pulau terpisah yang dekat dengan Pulau Jawa, maka dari itu dinamakan Pulau Satu dan Pulau Dua. Hahahaaa, maaf para pembaca yang ini hanyalah pemikiran saya saja, jangan dianggap serius).

bisa dilihat petanya, agar pembaca bisa paham

Akibat pendangkalan Sungai Cibanten yang membawa material tanah dan akhirnya endapan lumpur yang dibawa menutup perairan, sehingga Pulau Burung akhirnya menyatu dengan daratan (pesisir Pulau Jawa).

Untuk info lengkap lainnya, dapat dilihat di sini, di sini atau di sini.

Karena melalui gardu pengintai, kami tidak menemukan aneka ragam jenis burung di Pulau Dua ini, akhirnya kami memutuskan untuk memasuki area hutan bakau (mangrove) di sekitar pesisir, dengan pemikiran kami: sepertinya burung-burung tinggalnya tidak di tempat yang banyak aktivitas manusianya, karena manusia cukup berisik dan mengganggu, hahahaaa termasuk kami.

area pesisir pantai, untuk menuju hutan







buaaakekoook (kaget, kagak lo?!?!?!)


percayalah para pembaca, sampah makanan ini tidak saya buang sembarangan di tempat ini. Ini fotonya memang mengandung resiko untuk dicacimaki netizen, karena makan snack yang bungkusnya plastik. Alasan saya pasang foto ini adalah: SAYANYA LUMAYAN CAKEP DI FOTO INI (hahahaaa)






Suasananya cukup mencekam untuk di pagi hari, lumayan jauh juga kami menyusuri hutan, dan menemukan area pemakaman yang tidak begitu luas. Kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan, laluuuuu kamipun menemukan area pemakaman lainnya yang luasnya cukup besar. Okeeeee, kami memutuskan untuk kembali dan berniat hendak keluar dari hutan.

beginilah tampilan di dalam hutan di sekitar pesisir pantainya


walaupun mencekam, kalau difoto sih, mbak yang satu ini teteuuup yaaa cakeeep gayanya, hahahaaa


Tetapi kawan saya tidak mau putus asa (karena menurut dia: untuk apa datang ke Pulau Burung, jika tidak sempat melihat burung yang ada di sini?), dia memberanikan dirinya, saya dan yang lain untuk menyusuri area tengah pulau yang isinya rawa-rawa yang luas. Ternyata di area rawa-rawa inilah kami menemukan burung-burung yang cukup banyak. Saya tidak ahli dalam pengetahuan keunggasan, jenis burung yang kami temui di tempat ini memang jarang sekali kami lihat, jenisnya seperti burung rajawali atau apalah. Burung yang ukurannya besar, dengan jumlah kawanan yang banyak, beterbangan di atas rawa-rawa luas ini hinggap dari pohon besar satu ke pohon besar lainnya.
















Aaaaakh senang juga, akhirnya kami dapa menyelesaikan misi kami: melihat burung di Pulau Burung. Hahahaaa.

Oh iya seperti yang kalian lihat, tidak lupa kami melalukan foto-foto diri sebagai bukti kalau kami pernah datang ke tempat ini.

Niiih saya kasih foto-foto kami (lagi) dengan ala ala model gitu












hanya bisa memeluk pohon (karena nggak haram, walaupun bukan muhrim)



Mungkin agak berlebihan ya gaya kami, tapi yaaaaa yang penting tidak merusak komponen penting dari ekosistem Pulau Burung (halaaah, ngomong apaan siiih).


ini adalah pemandangan bagian depan pintu masuk dan keluar Pulau Burung, banyak burung berukuran sedang berwarna putih (mungkin burung bangau atau burung kuntul, tapi tak taulah aku, hahahaaa) beterbangan di sekitar sini

Karena di daerah Sawah Luhur ini terkenal dengan tambak ikan bandengnya, setelah dari Pulau Burung kami istirahat sejenak dan makan siang di Rumah Makan Sawah Luhur dengan menu utama PECAK BANDENG tentunya. Ikan bandeng goreng dengan dilumuri sambal terasi dan jeruk nipis di atasnya, hmmm ulalaaa, enak sekali.


hmmm, bikin ngecesss



ahaaa, peteeeee!!!

makan seafood dan minum kelapa muda, hmmm enaaak!!!


pemadangan, tambak ikan bandeng di sekitar rumah makan


Karena letaknya juga tidak jauhdari situs sejarah seperti Keraton Kesultanan Banten dan tempat sejarah lainnya (Klenteng Avalokitesvara, Masjid Agung Banten, dll) pengunjung juga ada baiknya tidak melewatkan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.

Komentar