November 2015
Kali ini, saya berkelana (jyaaah, berkelana) bersama Mbak Nina ke Hutan Mangrove yang masih di daerah Karangantu Serang Banten.
Ketika itu, tempat ini sangat hits sekali, banyak muda-mudi yang mem-posting foto-foto tempat ini di Instagram dan tempat ini terlihat sepi pengunjung, sehingga cocok untuk dijadikan tempat foto selfie (hahahaaa), apalagi waktu itu Mbak Nina masih senang difoto (mukanya). Sekarang beliau sudah hijrah (tidak lagi memposting foto wajah di media sosial), jadi postingan ini hanyalah muka saya sendiri yang saya upload (semoga yang liat, nggak pada sawan).
Hutan Mangrove yang terletak di dalam Sekolah Tinggi Perikanan Serang. Terletak tidak jauh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Karangantu Serang, kami tempuh dengan berjalan kaki kira-kira 10 menit.
Ada cerita konyol nggak di perjalanan ini??? Jawabnya: Ada dooooong!!! Hahahaaa.
Sampai di gerbang sekolah, kami ditanyai oleh mahasiswa yang sedang tugas jaga, apakah kami sudah mendapat izin untuk masuk ke hutan mangrove dan apa tujuan kami berkunjung ke hutan mangrove ini. Sebenarnya, seminggu sebelumnya saya sudah berusaha menghubungi nomor telepon sekolah ini yang saya dapat lewat internet, ternyata tidak terhubung. Selain telepon, saya juga sudah mencoba mengirim surat via email dan faximile tetap tidak ada tanggapan, jadi kami nekat saja mendatangi tempat ini. Cukup tegas juga mahasiswa yang berjaga ketika itu (maklum, masih termasuk sekolah tinggi militer juga sepertinya), karena sesungguhnya tujuan kami berkunjung memang hanya untuk berfoto saja, bukan untuk keperluan penelitian, jadi awalnya kami tidak diizinkan masuk.
Mbak Nina tidak menyerah begitu saja, sambil mencoba peruntungan, Mbak Nina bertanya jika ingin meminta izin harus menghubungi siapa dan di nomor kontak berapa. Akhirnya mahasiswa tersebut memberikan nomor kontak salah satu dosen yang mengajar di STP tersebut. Mereka tidak tau, kalau mereka sedang berhadapan dengan tante-tante nekat dan tidak tau malu seperti kami, hahahaaa. Kami menghubungi nomor ponsel dosen tersebut dan menyatakan maksud kami berkunjung ke hutan mangrove juga meminta izin untuk memasuki hutan mangrove. Daaan, diizinkan!!! Alhamdulillah, baik sekali Bapak dosen itu. Setelah mendapat izin dari Pak Dosen, akhirnya kami diizinkan masuk dan diantar oleh mahasiswa lainnya yang kebetulan ingin menuju asrama mahasiswa.
Oh iya, tidak ada biaya untuk memasuki area hutan mangrove ini, alias GRATIS, tetapi dengan syarat harus mematuhi peraturan berkunjung di hutan mangrove.
Untuk sekarang ini, saya kurang tau, jika ingin berkunjung apakah masih harus meminta izin dengan mengirim surat resmi terlebih dahulu atau memang sudah diperbolehkan untuk pengunjung umum.
Kamipun diberi kunci pagar kawasan hutan mangrove dan ketika pulang kami harus mengembalikan kunci tersebut ke petugas jaga di depan gerbang.
Kami diberitahu, tentang hukuman yang diberikan pihak sekolah kepada para mahasiswanya jika melanggar peraturan, yaitu setiap seorang mahasiswa diberi sanksi untuk merawat tanaman mangrove seperti anak dan keluarga sendiri, mulai dari berbentuk bibit sampai tumbuh daun minimal berjumlah 3 (tiga) helai daun, hahahaaa. Yang artinya mereka harus merawat tanaman mangrove tersebut hingga 1 (satu) tahun lamanya, karena waktu perkiraan tumbuh 1 (satu) helai daun membutuhkan waktu sekitar ±3 (tiga) bulan. Alasan menanam pohon mangrove adalah karena pohon mangrove memiliki fungsi untuk mencegah erosi (pengikisan pantai) akibat gelombang laut, mengingat tempat ini sangat dekat dengan pelabuhan Karangantu.
Memasuki area hutan mangrove, pemandangannya indah sekali. Terdapat jalan kayu di dalam hutan mangrove ini, dengan tujuan ketika ada yang berkunjung ke tempat ini tidak perlu berkotor-kotoran, karena biasanya pohon mangrove tumbuh di daerah rawa-rawa.
banyak nyamuk, jadi harus siap-siap bawa minyak angin, hahahaaa
Selain itu ada bangku kayu juga, bisa untuk berfoto selfie (tuuuh kaaan instgramable bangeeet tempatnya). Kami puas sekali foto-foto di tempat ini, karena sepi, secara pengunjungnya hanya kami berdua saja.
Di area tengah hutan, terdapat beberapa tambak udang. Selain itu, ada juga bangunan seperti balai terbuka (saung) yang kemungkinan digunakan untuk tempat berkumpul.
percayalah saudara-saudara!!! tidak ada daun yang kami cabut, saya hanya memegang daun, karena kalau kalian lihat gaya foto-foto saya di atas, kalau tidak lipat tangan, masukin tangan ke dalam kantong, tukang fotonya bosan katanya, hahahaaa
Itulah tadi ulasan saya tentang Hutan Mangrove di Serang. Bagi pengunjung hutan mangrove dihimbau untuk menjaga kebersihan dan kelestarian hutan mangrove. Karena pada akhirnya, kita semua yang akan merasakan manfaat baiknya dengan menjaga lingkungan.
Komentar
Posting Komentar