Maret 2014
Awal tahun 2014 ketika saya baru pertama kali punya kamera DSLR Canon tipe 1100D, walaupun tidak punya kemampuan fotografi yang ciamik, tapi tetap nekat foto ini itu dan menjadi alasan untuk keluyuran keluar rumah setiap bulannya (heheheee).
Waktu itu, saya belum bisa mengendarai kendaraan jadi kemana-mana, jaraknya jauh atau dekat saya menggunakan jasa angkutan umum (dari daerah Simpang Cilegon ongkos naik angkot sebesar Rp. 15.000,-), dan tentu saja setelah "diracuni" oleh kawan saya, Mbak Nina yang hobi-nya ngebolang (kelayapan).
Saya yang sebenarnya ingin mengunjungi Mercusuar di daerah Bojong, Anyer. Karena dulu pernah diajak oleh kawan-kawan kantor ke tempat ini karena ada keperluan, tetapi masih jam kerja jadi tidak bisa lama menikmati pemandangan di sekitar Mercusuar Anyer ini.
Akhirnya saya ke tempat ini di waktu hari libur dan berkunjung di siang hari, karena tidak menggunakan kendaraan pribadi jadi kami bisa melipir (menyusup) melewati pinggiran pagar dan bisa masuk tanpa membayar tiket (apa memang sebenarnya tidak ada tiket masuk, hahahaaa. Jadi untuk apa mengendap-endap seperti maling).
Ketika berhasil masuk, hmmm angin pantai yang terasa sangat segar dan menyejukkan padahal cuaca saat itu sedang terik, dengan disambut pemandangan laut luas yang ulalaaaaa baguuuus, heheheee.
Sebagai bukti kalau pernah berkunjung ke Mercusuar Anyer, tak lupa kami berfoto bersama mercusuar yang tinggi sekali dengan gaya alay saya yang juga tingginya selangit.
SEJARAH
Saya kutip artkiel dari sini, mercusuar ini dibangun pada tahun 1885 oleh Pemerintahan Belanda, konon dari sinilah titik nol yang menjadi awal pembangunan jalan dari Anyer (Banten) hingga Panarukan, Jawa Timur.
Pada pintu masuk mercusuar terdapat tulisan bahwa mercusuar ini dibangun pada tahun 1885.
Menurut penuturan penjaga mercusuar, pada awalnya mercusuar ini dibangun pada tahun 1806, proyek jalan Anyer-Panarukan baru dijalankan tahun 1825.
Saat Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, mercusuar ini hancur, hanya menyisakan pondasinya saja. Dan, dua tahun kemudian, yaitu tahun 1885, di bawah pemerintahan Z.M Willem III mercusuar ini kembali dibangun. Sebagaimana terlihat dengan tulisan di atas pintu masuk, yaitu:
Onder De Regeering Van
Z.M. Willem III
Koning Der Nederlanden
E.N.Z E.N.Z E.N.Z
OPGERICHT VOOR VAST LICHT 21 GROOTTE.
VER VERVANGING VAN DEN STEENEN LICHTTOREN
IN 1883 BV DE RAMP VAN KRAKATAU VERNIELD
1885
KEGIATAN
1. Menaiki Menara Mercusuar
Menara Mercusuar ini tingginya 75,5 meter dan terdiri dari 18 tingkat. Di puncaknya terdapat lampu yang berfungsi untuk penunjuk kapal-kapal yang melintasi perairan Laut Banten bagian utara.
Naik anak tangga mercusuar lumayan melelahkan. Makin tinggi kita menaiki menara ini, makin sempit pulak area ruangannya. Hingga mencapai puncak area semakin sempit, untunglah saya kurus kering jadi bisa naik hingga puncak.
ekspresi kegirangan, padahal ngos-ngosan karena manjat menara
Pada bagian puncak mercusuar, kita disajikan pemandangan. Mulai dari pemandangan lautan lepas, jalan raya Anyer hingga perbukitan yang hijau.
Masuk ke Mercusuar, kami dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000 (Lima Ribu Rupiah), hahahaaa masa' iya maunya gratis melulu...
2. Memancing
Banyak pemancing lokal yang memanfaatkan keberadaan dermaga ini untuk menyalurkan hobi mereka. Konon ikan-ikan di sekitar Mercusuar ini juga sangat beragam sehingga tak mengherankan jika area ini menjadi tempat favorit para pemancing.
3. Duduk-duduk di Dermaga
Di sisi laut Mercusuar ini juga terdapat dermaga. Dermaga ini terbilang baru, menurut penjaga setempat dermaga ini didirikan pada tahun 2011 dengan tujuan untuk memudahkan logistik kebutuhan mercusuar anyer.
Duduk di sisi dermaga sambil menikmati pemandangan lautan luas yang biru dan semilir angin laut dapat menyegarkan pikiran, asalkan jangan sambil bengong.
hmmm, duduk-duduk sambil mejeng nungguin matahari terbenam
4. Hunting Sunset (Menikmati Matahari Terbenam)
Pesona Mercusuar Cikoneng pun tidak hanya bangunannya saja yang menjulang tinggi. Menjelang sore, menjadi saat yang pas untuk menikmati mercusuar. Dari sini kita dapat menyaksikan matahari perlahan-lahan tenggelam di sebelah timur dengan warna-warna yang cantik.
maghrib-maghrib bukannya sholat malah foto sambil monyong-monyong
5. Monumen Nol Kilometer
Seperti yang diceritakan di bagian sejarah, pembangunan mercusuar ini adalah tanda dimulainya pembangunan jalan Anyer – Panarukan, maka dari itu di tahun 2017 dibangun Monumen Titik Nol Kilometer yang berupa replika sepasang tangan yang sedang menyangga bola dunia. Dibawah replika bola dunia tersebut, bertuliskan: "Di sini awal berdirinya Menara Suar Cikoneng yang merupakan pertanda titik 0 (Nol) Km Anyer Panarukan, serta ada gambar peta jalan Anyer – Panarukan".
Komentar
Posting Komentar