Mei 2015
Ketika jalan-jalan ke Pulau Sangiang, kami (saya, Mbak Nina, Mbak Vivi dan Mas Dicky) menggunakan jasa open trip dari Jakarta. Padahal Pulau Sangiang ini berada di Anyer yang mana letaknya tidak begitu jauh dari tempat tinggal kami (daerah Serang dan Cilegon) dibanding kelompok dari Jakarta.
Pagi hari di Masjid Agung Cilegon adalah meeting point bagi peserta dari Cilegon, karena dari sini kita mudah mendapatkan angkutan umum (angkot) menuju Pelabuhan Paku, Anyer. Dari Pelabuhan Paku kami naik perahu (sewaan) menuju Pulau Sangiang.
Sebelum menuju Pulau Sangiang, Team Leader kami (Mas Anjar) terlebih dahulu menyarankan mengunjungi tempat bagi para peserta open trip yang ingin snorkeling (lupa apa nama tempatnya, tapi tidak begitu jauh dari Pulau Sangiang).
Bonus, foto Mas Anjar untuk para pembaca, hehehe
Waktu 15 menit cukup untuk peserta yang snorkeling, setelah itu kita lanjut menuju Pulau Sangiang. Sampai di dermaga (yang dikelilingi oleh hutan mangrove) Pulau Sangiang tepat pukul 12.00, Mas Anjar ini sepertinya sudah sering mengunjungi Pulau Sangiang dan kenal dekat dengan pemilik warung di dekat dermaga. Makan siang sudah disiapkan oleh pemilik warung, menunya sangat menggugah selera (apa mungkin memang kami saat itu sedang lapar) seperti nasi, ikan goreng, tempe goreng, sambal goreng dan tumis capcay, hmmm enak, heheheee.
Di sebelah warung juga terdapat masjid atau mushola yang cukup luas. Saya tidak tau apakah di pulau ini ada penduduknya atau tidak. Tapi sepertinya pulau ini biasa dikunjungi oleh para pemancing.
Kami memulai perjalanan kami meng-explore pulau sangiang setelah makan siang dan sholat.
1. Goa Kelelawar
Perjalanan menuju Goa Kelelawar kami harus melewati hutan terlebih dahulu dan jalanannya agak menanjak. Di Goa Kelelawar (seperti namanya) adalah tempat kelelawar berkumpul, entah untuk tidur, makan atau sekedar silaturahmi dengan keluarga, teman dan kerabat dari si kelelawar.
saya tidak mau mendekat ke goa, karena bau kotoran kelelawar yang menyengat
Karena goa ini tempat para kelelawar berkumpul, tidak heran bau tidak sedap dari kotoran kelelawar sangat semerbak menusuk hidung. Saking baunya, saya sempat pusing dan tidak berani mendekat ke goa, katanya di pinggir perairan goa ini sering ditemui bayi hiu yang berenang ke tepi. Oh iya sebagai informasi, goa ini seperti terowongan pendek yang langsung menuju laut (saya beri hasil foto jepretan Mas Dicky di bawah ini).
Penunggu pohon
2. Bukit
Yang namanya bukit pastilah tinggi, daaan betul saja jalanan yang sangat menanjak dan cukup curam lumayan menghabiskan energi dan cadangan makanan (yang sudah diisi siang tadi) di perut kami.
Eeeh, ada akyuuu!!!
Wow, cukup melelahkan dan membuat nafas tersengal-sengal, tapi sepadan dengan hasil yang akan kami dapatkan nanti, yaitu berupa pemandangan dari atas bukit, heheheee. Di bukit ini kita bisa menikmati pemadangan laut lepas dengan bukit lainnya di ujung sana yang agak terlihat mirip pemandangan Kelingking Beach di Bali (hahahaaa, ngayal. Jempol Beach kaliii, orang besar gitu bukitnya).
tsaaaah, motret aja banyak gaya... Mau tau hasil fotonya, silahkan simak di bawah ini
Hasil Jepretan saya
Hasil Jepretan Mas Dicky
Pengunjung dapat menuruni tebing batu dengan rapeling menggunakan tali untuk menuju Goa Kelelawar yang lain (ada 2 Goa Kelelawar di Pulau Sangiang ini) yang letaknya tepat di bawah bukit. Saya yang jiwa petualangannya sangat rendah ini, tidak mau mengambil resiko terjatuh ketika menuruni bukit atau mendakinya kembali.
Mas Dicky bersama batu
3. Pantai
Kembali melewati hutan belantara tetapi kali ini jalanan sudah mulai menurun, kali ini kami menuju ke Pantai.
Pantai ini masih sepi, pengunjungnya hanya kelompok kami. Di pantai ini kami hanya menikmati semilir angin dan pemandangan laut yang indah karena banyak karang di pinggir pantai, jadi tidak begitu aman untuk dibuat berenang.
Lagi pula di pinggir pantai ini banyak sekali sampah, baik sampah dahan-dahan/ ranting kering ataupun sampah plastik. Sayang sekali, padahal pemandangan pantainya indah.
Puas menjelajahi spot-spot di Pulau Sangiang, sore hari kami menyudahi perjalanan kami dan pulang. Ternyata dari pantai menuju dermaga tidak jauh, dari pantai hanya berjalan sekitar 300 meter kami sudah menjumpai warung makan ketika kami tiba di awal tadi, hahahaaa.
Di sore hari ternyata air laut menjadi surut, sehingga dari dermaga kami harus terjun turun ke perahu. Terombang-ambing di lautan ditemani arus laut yang tenang dan angin yang sepoi-sepoi kami membuat mengantuk karena kelelahan.
Oh iya, kali ini hasil foto saya terlihat sangat biru. Apa sebab? Karena saya saat itu sedang mencoba Filter Neutral Density yang baru saya beli. Jadi, Filter Neutral Density (klik ini) ini dapat membuat warna foto menjadi lebih "menor", hahahaaa.
Tidak hanya warna biru, ada pula yang warnanya hijau (cocok untuk foto padang rumput atau pepohonan) atau warna orange, merah atau ungu (biasa cocok untuk foto pemandangan pada saat golden hour (klik ini)).
Ini dia hasil perbedaannya
Pakai Filter Neutral Density
Tidak Pakai Filter Neutral Density
Hasilnya lebih suka yang mana? Itu tergantung selera masing-masing, tapi jujur saja saya lebih suka yang tidak pakai Filter Neutral Density, heheheee.
Komentar
Posting Komentar