Langsung ke konten utama

Menara Siger, Lampung

Oktober 2015


Karena penasaran ingin jalan-jalan dengan menggunakan transportasi laut, saya ingin mengunjungi Menara Siger yang berada di Lampung.

Dari kota Cilegon menuju Lampung menurut saya tidak terlalu sulit, dengan menggunakan angkot jurusan Merak (bilang saja “pelabuhan”) sopir angkot akan menurunkan kita di pintu gerbang Pelabuhan Merak, dari Pelabuhan Merak kita menggunakan kapal menuju Pelabuhan Bakauheuni Lampung.

Dengan bermodal petunjuk dari situs blog seseorang (lupa nama blognya, heheheee), saya akhirnya sampai di Menara Siger Lampung. Blog tersebut menjadi alasan saya untuk membuat blog tentang traveling/ jalan-jalan yang isinya memberikan informasi suatu tempat wisata dan petunjuk jalan untuk sampai di suatu tempat wisata. Supaya blog saya ini bisa ada gunannya untuk orang lain, heheheee. Apalagi saya suka sekali foto-foto setiap kali melakukan perjalanan. Karena banyaknya stok foto-foto traveling, akhirnya saya bagikan saja ke khalayak ramai daripada disimpan sendiri, hitung-hitung dokumentasi perjalanan, heheheheee.

Pagi-pagi kami (Saya dan Mbak Nina-always) berangkat dari Cilegon, tiba di Pelabuhan Merak kira-kira pukul 07.30 WIB dan kami tidak butuh waktu lama menunggu kapal berlayar.

Perjalanan menggunakan kapal ini sebenarnya bukan kali pertama untuk saya, pertama kali ketika saya SD, kedua ketika tahun 2010 mengunjungi pernikahan kawan dan ini ketiga kalinya saya naik kapal.

Tidak buruk juga menurut saya perjalanan dengan kendaraan laut, hanya saja di kelas penumpang ekonomi banyak sekali “pertunjukan”-nya, hahahaaa. Banyak para pedagang bergantian menjajakan dagangannya di depan para penumpang, seperti para komika (stand-up comedian) yang sedang beraksi dan disaksikan penonton di panggung. Dan para pedagang ini sebenarnya banyak yang kocak juga sih, yaaa lumayan ada hiburan dari pada bosan.





sarapan dulu, biar nggak kesurupan, eeeh... kelaparan



Perjalanan dengan menggunakan kapal ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit, yang membuat lama adalah butuh waktu untuk kapal merapat di dermaga.


pemadangan laut dari kapal

Sampai di Pelabuhan Bakauheuni, Lampung, turun dari kapal kita langsung disambut dengan riuh dan gegap gempita oleh para calo, kondektur bus, sopir angkot dan tukang ojek yang agresif. Seperti artis yang diserbu para wartawan, hahahaaa. Kita hanya perlu bersikap tegas untuk menolak mereka dan juga hati-hati yaaa.

Karena menurut petunjuk yang saya dapat dari blog dan juga menurut program aplikasi Google Map, Menara Siger letaknya tidak terlalu jauh Pelabuhan Bakauheuni, katanya sih sekitar 1,5km.

Saya pikir jarak 1,5km itu biasa sajalah, karena sudah sering jalan-jalan (jalan kaki) kok, jadi bukan jadi soal untuk jarak segitu. Ternyata!!! 1,5km itu jalannya menanjak yaaaaa dan cuaca panas juga lhooo!!! Hahahaaa

Lapar dan kepanasan (bahasa jawanya-keplongor) yang saya rasakan, sempat pusing juga kepala ini karena cuaca yang sangat panas dan terik, hingga di tengah perjalanan kami memutuskan berhenti di warung untuk makan, hahahaaa sarapannya kurang.

Selesai makan nasi+soto, tenaga terisi kembali dan kepala yang panas ini sudah cukup dingin, kami kembali melanjutkan perjalanan setapak demi setapak berjalan kaki menuju Menara Siger (seperti rombongan Kera Sakti yang mencari kitab suci). Kami menggunakan rute jalan raya biasa, info dari sumber lainnya sih kita dapat menggunakan rute menyisir pinggir pantai (dari pinggir pelabuhan) lalu mendaki bukit menuju Menara Siger (bagian belakang), karena khawatir nyasar jika menggunakan rute ini, kami akhirya menggunakan rute jalan biasa (jalan raya).

Akhirnya sampai juga kami di Menara Siger, di gerbang kami tetap membeli tiket masuk, ketika kami tanya berapa harga tiketnya, petugasnya bingung mengenakan harga tiket karena kami jalan kaki, biasanya tiket hanya dikenakan bagi pengunjung yang berkendara, jadi kami membayar Rp. 5.000/ orang sesuai dengan tiket pengendara motor.









ada cafe dan tempat makan, mungkin buka-nya sore atau malam

dengan teropong ini (masukkan koin Rp. 1.000 terlebih dahulu), kita bisa melihat pemandangan Selat Sunda


memantau kedatangan jodoh dari kejauhan



Di dalam menara, cukup banyak galeri yang di tampilkan, mulai dari galeri lukisan, pakaian adat orang Lampung, kendaraan tradisional khas Lampung, galeri foto para pemimpin Lampung dan etalase dagangan dari UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang menjajakan hasil kerajinan tangan khas Lampung (gantungan kunci, magnet kulkas, tas, dompet, dll)


ada stasiun radio juga, lebih seru lagi kalau ada yang sedang siaran, hahaahaaa






Di area luar gedung menara, terdapat saung yang nyaman untuk beristirahat dan makan siang bersama rombongan teman-teman dan keluarga. Dengan hembusan angin yang semilir, cocok untuk tidur siang, hahaha























foto-foto di tugu "Nol Kilometer Pulau Sumatra"




Di Menara Siger angin yang berhembus cukup kencang dan cukup menghilangkan rasa kepanasan dan kepala pening karena kepanasan, heheheee sambil menikmati pemadangan Selat Sunda dan Teluk Lampung yang indah.












Pukul 14.00 WIB kami sudahi menjelajah Menara Siger, karena harus mengejar kapal untuk kembali ke Pelabuhan Merak.

Mbak Nina yang jiwa petualangan-nya sangat tinggi, masih penasaran dengan rute yang ber"bau" dengan alam. Rute melewati bukit dan pinggir pantai. Tapi saya ingatkan sekali lagi, kalau kami tidak ada yang tau rutenya, jangan sampai buang-buang waktu dan tenaga, karena khawatir tersesat dan tertinggal kapal. Nggak mau kan, menginap di teras masjid pelabuhan?


beli tiket, lumayan loketnya masih sepi antrian


Di kapal kembali kami berada di kelas ekonomi, kali ini pertunjukannya adalah Live Music!!! Hahahaaa, mungkin karena masih pening akibat kepanasan, suara musik dan nyanyian biduanita tidak membantu meringankan sakit kepala saya. Lalu Mbak Nina mengajak saya untuk menikmati pemandangan laut di luar kapal agar mendapat udara segar dan menghilangkan sakit kepala.













"bermain dengan matahari"




mbak nina selalu gagal memotret manipulasi, kalau saya yang jadi modelnya (kejauhaaan itu buuuk, mataharinya)

nggak nyambung sama mataharinya



akhirnya berhasil, walaupun masih agak aneh, hahahaaa













Daaan benar juga ternyata, melihat pemandangan dan merasakan hembusan angin laut bisa menyembuhkan sakit kepala saya (untung nggak sampai masuk angin), sambil berfoto-foto menunggu sunset dan memotret sunset, memang top banget deh!!! Saya jadi lebih menikmati perjalanan dengan kendaraan laut. Terima kasih ya Mbak Nina, heheheee.

Komentar