Langsung ke konten utama

TEBING KERATON, DAGO BANDUNG

Oktober 2014

Pada tahun 2014 destinasi wisata Tebing Keraton di daerah Dago Bandung sedang nge-hits dan banyak pengguna media sosial mem-posting foto tempat wisata ini, tidak ketinggalan saya dan kawan-kawan sayapun ingin mendatangi tempat ini.


Dengan menggunakan jasa open trip KAWAN SETIA TOUR, kami mengunjungi daerah Tebing Keraton Bandung dan tempat wisata lainnya.

Rombongan kami terdiri dari Mbak Nina, Mbak Vivi dan saya berangkat dari Cilegon sekitar sore hari, setelah pulang kerja dari kantor kami langsung menuju ke Jakarta yang menjadi meeting point-nya (lupa daerah mana, seingat saya dari tugu pancoran kami harus naik metro mini lagi sekitar 15-20 menit). Sampai di meeting point sekitar pukul 19.30 WIB kami harus menunggu peserta trip lainnya dan Mbak Rita (selaku guide Kawan Setia Tour), seingat saya waktu itu kami menunggu di teras mini market Ind*mar*t hingga kira-kira pukul 23.30 WIB. Setelah semua peserta berkumpul kami berangkat menuju Bandung pukul 24.00 WIB dengan menggunakan mobil elf.

Kami tiba di Tebing Keraton Bandung sekitar pukul 04.00 WIB, kendaraan rombongan kami tidak diperbolehkan oleh pemuda desa menuju Tebing Keraton dan kami diberi saran untuk menggunakan jasa ojek motor (dimana para driver ojek motor adalah para warga desa tersebut) dengan alasan untuk menambah pendapatan para warga desa yang menjadi driver ojek.

langit masih gelap, hanya ada bulan sabit, itu juga kalau kalian lihat

Cukup lumayan ongkos yang diminta per kendaraannya, di mana jumlah rombongan kami ada sekitar belasan orang. Mbak Rita cukup kewalahan juga jika harus mengeluarkan biaya tidak terduga ini, khawatir dana yang ada tidak cukup untuk kegiatan yang sudah dijadwalkan, dan tidak mungkin para peserta diminta untuk mengeluarkan uang pribadi lagi.

Maka dari itu, Mbak Rita dengan berat hati menyarankan kami untuk berjalan kaki menuju Tebing Keraton. Pantas saja Mbak Rita merasa tidak enak hati ketika meminta kami berjalan kaki, ternyata jalanannya sangat menanjak sekali saudara-saudara!!! Hahahaaa.








Jarak yang lumayan jauh sekitar 1,5 km dengan medan yang selalu menanjak dan tambah menanjak lagi kami lalui dengan senang hati walaupun dengan nafas ngos-ngosan. Untung saja ketika itu masih pagi sehingga kami dapat menikmati sejuk dan dinginnya udara pegunungan dengan melalui akses jalan pedesaan yang kondisi jalanannyapun sudah cukup baik.




















padahal gayanya sudah sama dengan Mbak Vivi, tapi kenapa gaya saya malah mirip kayak lagi "dolbon" (modol di kebon)

Akhirnya sampai juga dipuncak, dari jalan akses pedesaan menuju Tebing Keraton tidak jauh, kira-kira 200 meter, kami sudah sampai di ujung jurang, wuahahaaaaa!!!











Karena masih sangat pagi, tempat ini masih belum ramai pengunjung, hanya rombongan kami dan beberapa orang saja. Sambil menunggu sunrise kami menikmati udara sejuk dan pemandangan indah dari atas tebing.







hasil jepretan fotografer dari Kawan Setia Tour, cakep yak sayak, hahahaaa







beruntungnya kami, cuaca saat itu cukup cerah





Menurut saya yang menjadi daya tarik Tebing Keraton adalah pemandangan sawah dan hutan pinus yang berada di bawahnya. Barisan sawahnya sangat rapi, hutan pinusnya sangat indah dan kita juga dapat melihat beberapa bukit di sekitarnya.




ini dia "duo" fotografer Kawan Setia Tour (saya kira mereka kakak-adik, karena wajahnya mirip)

Dan tentu saja, Mbak Nina, Mbak Vivi dan Mbak Mimin meminta foto dari atas tebing dengan latar belakang pemandangan sawah dan hutan pinas yang ada di bawahnya.








Dan tanpa saya sadari, saya ternyata takut ketinggian!!! Hadeuuuh!!!






Saya hanya dapat memotret kawan saya di ujung tebing yang bergaya sangat lincah, sedangkan saya hanya dapat melihat dan memotret dari kejauhan. Kalau kalian bertanya, bagaimana perasaan orang yang takut ketinggian? Baik, akan saya jelaskan: Jadi jika berada di suatu tempat yang tinggi lalu melihat ke bawah kamu akan merasa pusing terhuyung-huyung dan agak mual, lutut atau kaki kalian merasa lemas bahkan sulit berjalan dengan kondisi berdiri tegak, selain itu kalian merasa serasa kehilangan keseimbangan dan merasa ingin jatuh secara tidak sadar. Nah begitulah rasanya, heheheee

saya bahkan bisa pusing dan perut terasa tidak enak, hanya dengan melihat foto dari ketinggian










Sudah cukup puas foto-foto dan menikmati pemandangan, pukul 07.30 WIB kami sarapan terlebih dahulu di warung sekitar Tebing Keraton. Setelah itu kami menuju Taman Hutan Ir. H.Djuanda yang tidak jauh dari Tebing Keraton.

karena tidak berani foto di ujung tebing, saya hanya berfoto di pinggir pagar saja











Taman Hutan Ir. H. Djuanda (klik ini) merupakan kawasan konservasi untuk vegetasi hutan seperti pohon pinus, pohon bambu dan tanaman lainnya. Terdapat juga beberapa hewan yang berada di Kawasan konservasi ini seperti musang, tupai, rusa, kera, burung kutilang, burung kepodang dan ayam hutan.







gerombolan kami





di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda suasananya sangat sejuk, bersih dan rapi







Tidak hanya sebagai kawasan konservasi bagi hewan dan tumbuhan, di Tahura Ir. H. Djuanda banyak terdapat curug (air terjun), tetapi karena jaraknya cukup jauh, jadi kami hanya mengunjungi tempat sejarah seperti Goa Belanda dan Goa Jepang yang tidak jauh dari gerbang masuk taman hutan ini.










Goa Belanda, goa ini bukan goa alami melainkan goa buatan, pada awalnya di tahun 1901 dibangun untuk pembangkit listrik tenaga air. Mamun pada tahun 1918 Belanda menambah beberapa lorong hingga kemudian di tahun 1941 menjelang Perang Dunia II, Belanda menggunakan goa ini sebagai benteng dan markas militer.





saya adalah peserta pertama yang berhasil lolos keluar dari Goa Belanda yang gelap dan pengap, heheheee

eeeh, ketemu teman

Goa Jepang didirikan oleh militer Jepang tahun 1942 untuk dijadikan barak militer yang berfungsi sebagai tempat perlindungan, pengintaian, penembakan dan gudang. Infonya dalam membangun goa ini, militer Jepang memanfaatkan masyarakat Indonesia secara paksa (Romusa).









Setelah "turun" dari daerah Dago, Bandung. Kami menuju ke kota untuk makan siang terlebih dahulu diii... Rumah Makan Padang, hahahaaaaa. Jauh-jauh ke Bandung, makannya tetap masakan Padang.




Selanjutnya dari Dago Bandung kami menuju ke Gedung Sate di siang hari dan kami sempat mengunjungi CiWalk (Cihampelas Walk) di sore hari.





















Komentar