Sudah setahun saya tidak menulis di blog, pasti nggak ada yang nyariin juga… nggak ada yang nanyain jugaaa… hahahaaaaa
Pertama kali mendengar kalau hasil PCR saya postif covid, badan terasa lemas, kepala jadi pusing dan berkunang-kunang (mungkin ini yang disebut dengan syok).
Sejak saat itu saya sempat berhenti menggunakan dan membuka media sosial baik Instagram atau Facebook, cuma buka Youtube untuk mencari film seri kungfu lawas atau acara lawakan untuk menghibur hati yang sedih dan kondisi psikis yang sedang down, heheheheee
Kalau ditanya, “kok bisa kena covid?”
Yaaaa saya sendiripun tidak tau “dapat” virus dari mana atau dari siapa? Karena teman-teman kantor hasil test PCR-nya negatif, hasil PCR seluruh keluarga saya juga negatif.
Seminggu sebelumnya saya sempat demam selama 5 hari, bukan demam tinggi hanya demam sedang tetapi anehnya kenapa sampai 5 hari. Karena saya termasuk orang yang kalau sakit cepat sembuhnya, ibu sayapun heran, biasanya kalau demam hanya 1 hari minum obat besoknya langsung sembuh.
Seminggu kemudian, gejala sudah mulai saya rasakan, misalnya sakit punggung (serba salah dibuat duduk, tidur atau berdiri), batuk, demam naik turun dan akhirnya saya merasakan gejala khas covid yaitu hilang indera penciuman selama 5 hari.
Saya langsung hubungi dinas K3LH perusahaan lalu diminta test PCR dan hasilnya positif covid.
Ketika keluarga mendengar saya kena covid, reaksi keluarga biasa saja (tidak heboh dan tidak sedih-sedih amat, hahahaahaaa) dimana saat itu adik ipar saya baru saja sembuh dari demam berdarah, lalu bergantian dengan adik saya terkena demam berdarah (naaah, sehari sebelum dapat hasil PCR saya malah mengantar adik saya ke rumah sakit untuk dirawat inap, jadi judulnya: “penderita demam berdarah diantar oleh penderita covid”, huhuhuhuuuu)
Awalnya saya menjalani karantina sendiri di rumah saya yang sepi (masih di komplek perumahan yang sama dengan orang tua, tetapi beda RT). Tetapi karena kebutuhan konsumsi (makanan dari perusahaan) dikirim ke rumah orang tua jadi saya masih tetap mengujungi rumah orang tua saya untuk mengambil makanan dan menaruh pakaian kotor. Di tengah perjalanan saya bertemu dengan beberapa warga komplek dan menimbulkan keributan lalu akhirnya saya diusir oleh warga setempat karena menyebabkan keresahan warga, hahahaaaa
Salah saya memang, karena kelayapan ketika kondisi “membawa” virus berbahaya.
Sedih dan sakit hati saya pulang ke rumah orang tua, semakin membuat mental saya menjadi down, huhuhuuuu.
Begitupun ketika saya karantina di rumah orang tua, waktu saya sedang berjemur pagi hari, beberapa tetangga menatap dengan tatapan menjijikan dan ketakutan seperti ingin memukul saya, hahahaaaa
sebagai penghibur hati, selama berjemur di depan rumah, saya sempatkan untuk memotret tanaman yang ada di pot depan rumah saya
Mungkin banyak juga yang mengalami hal serupa seperti saya ketika mendapat ujian penyakit covid tetapi ada juga yang para tetangganya pengertian, malah secara bergantian membantu kebutuhan si sakit.
14 hari saya melaksanakan program penyembuhan dengan cara rutin mengkonsumsi vitamin C, B Complex, D, anti virus , air infus untuk cuci hidung dan obat kumur (yang diantar oleh perusahaan tempat saya bekerja) disertai dengan menu makanan tinggi protein (telur, ikan, daging sapi, daging ayam) juga olahraga ringan (senam SKJ saja, kalau Capoeira nanti saya makin diprotes warga lagiii). Setelah 14 hari saya diminta melakukan test PCR lagi, hasilnya: masih positif!!!
Dan saya harus menjalani karantina kembali selama 10 hari.
Oh iya, sekedar informasi nilai CT saya saat itu dikisaran 32 – 33 (masih stagnan walaupun sudah 14 hari program pengobatan).
Kondisi mental bertambah sedih dan sudah mencapai titik nadir (cieileeee istilahnya, hahahaaa), lalu saya mulai khusyuk beribadah selepas sholat wajib selalu banyak berdzikir, istighfar dan mengaji, membaca Al Quran. Saya berdoa untuk kesembuhan saya, memohon ampun atas segala dosa-dosa saya, segala keburukan saya baik dalam perilaku, perkataan dan prasangka, minta dijauhkan dan dilindungi dari mara bahaya, mala petaka dan penyakit, jugaaa berdoa minta jodoh (hahaahaa, sekalian berdoa-nya).
Setelah masa karantina kedua tepatnya akhir Desember 2020, akhirnya hasil test PCR saya sudah negatif. Alhamdulillah Yaa Allah!!! Kalau ditotal masa pengobatan dan penyebuhan saya kira-kira sebulan, disertai dengan “drama” batuk-batuk, diusir warga, radang tenggorokan karena kebayanyan makan sambal, sampai kangeeeen banget sama keponakan-keponakan.
Dan hal pertama yang saya lakukan setelah dapat kabar sudah sembuh dari covid adalah: jajan bakpau!!! Hahahaaaa. Sebenarnya pengen banget lari ke rumah keponakan untuk cium dan peluk mereka, tapi mereka sedang ada di tempat ayahnya (Bekasi), akhirnya harus menunggu sampai mereka kembali, lalu kami berkumpul bersama untuk pesta makan sate dan empek-empek, heheheee.
Semoga kita semua selalu sehat dan selalu dillindungi oleh Allah SWT dan semoga pola pikir orang-orang tentang penderita covid lebih terbuka, jangan dikucilkan kalau bisa dibantu, kalau takut menghindar saja tidak perlu menyinyir, karena itu akan berdampak kurang baik kepada si sakit.
Komentar
Posting Komentar