Maret 2022
Museum Multatuli yang beralamat di Jl. Alun-Alun Timur No. 08, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten ini beroperasi pada hari:
Selasa - Jum'at, pukul 08:00 s.d. 16:00
Sabtu - Minggu, pukul 09:00 s.d 16:00
dan tutup di hari libur nasional dan hari Senin
FAKTA SEPUTAR MULTATULI
Eduard Douwes Dekker. Lahir pada 2 Maret 1820 di Korsjespoortsteeg, Amsterdam.
MENGAPA MULTATULI DATANG KE LEBAK, BANTEN? Sejak muda Multatuli sudah bekerja pada Pemerintah Belanda. Kedatangannya ke Lebak, Banten untuk menjadi Asisten Residen.
Eduard Douwes Dekker menjabat sebagai Asisten Residendi Lebak selama 3 bulan (21 Januari 1856 s.d. 29 Maret 1856). Setelahnya ia mengundurkan diri dari jabatan asisten residen. Alasan beliau mengundurkan diri dari asisten residen karena beliau tidak tahan dan kecewa terhadap penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh penguasa lokal maupun kolonial terhadap rakyat Lebak, Banten. Hal ini pula yang menjadi isnpirasinya untuk membuat karya sastra "Max Havelaar".
MAX HAVELAAR terbit pertama kali 14 Mei 1860, yang sudah diterjemahkan kurang lebih 40 bahasa di dunia.
APA ARTI MULTATULI? “Aku telah banyak menderita”
MENGAPA MULTATULI TERKENAL? Karena beliau menulis sebuah mahakarya yang mengguncang dunia dan pesannya pun menggema secara internasional di kalangan penulis dan cendekiawan. Karya yang dia tulis mengenai pertentangan eksploitasi dan penindasan kolonial Belanda di Jawa dengan judul Max Havelaar. Karya sastra yang ia tulis sangat jujii dan menjadi penting di publik Belanda.
Multatuli merupakan salah satu pelopor Belanda yang menentang sistem kolonialisme yang kejam, yang dilakukan oleh bangsanya sendiri.
PROFIL MUSEUM
Museum Multatuli ada sejak diresmikan 11 Februari 2018 oleh Bupati Lebak, Hj. lti Octavia Jayabaya bersama Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI, Hilmar Farid. Museum ini menempati bangunan bekas Wedana Rangkasbitung tahun 1930-an. Museum Multatuli menceritakan sejarah Lebak dan mengangkat kisah Multatuli itu sendiri.
Museum ini dirancang secara modern dengan audio visual yang menarik dan tata pamer yang interaktif. Diharapkan lewat alur cerita yang dibangun dapat menjadi inspirasi bagi pengunjung.
Museum yang bertemakan anti kolonialisme ini memiliki tujuh ruang yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
1 RUANG SELAMAT DATANG. Di dalamnya kita disambut dengan mozaik wajah Multatuli yang terbuat dari potongan-potongan akrilik. Selain itu di ruangan pertama ini juga terdapat patung wajah Multatuli serta kutipan kata-katanya:
“TUGAS MANUSIA ADALAH MENJADI MANUSIA”
2 RUANG KOLONIALISME. Di ruangan kedua, kita akan disuguhi dengan konsep kedatangan Belanda ke. Nusantara terutama ke Banten. Ruangan ini dilengkapi dengan beberapa replika dan video pendek mengenai kedatangan kolonialisme.
Dulu penjajah Belanda datang ke daerah Asia Tenggara menggunakan kapal laut, dengan tujuan mencari tempat yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya
Kekayaan alam yang diminati penjajah biasanya rempah-rempah yang harganya tinggi di negara Eropa
3 RUANG TANAM PAKSA. Dengan display interaktif dan menarik ruang ini menceritakan tentang masa tanam paksa.
4 RUANG MULTATULI. Ruangan ini menceritakan tentang kisah Multatuli dan karyanya Max Havelaar yang menceritakan tentang keadaan Lebak pada masa dia menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak. Di ruangan ini terdapat koleksi buku Max Havelaar asli yang didatangkan dari Belanda dan video pendek tentang Multatuli.
3 RUANG TANAM PAKSA. Dengan display interaktif dan menarik ruang ini menceritakan tentang masa tanam paksa.
4 RUANG MULTATULI. Ruangan ini menceritakan tentang kisah Multatuli dan karyanya Max Havelaar yang menceritakan tentang keadaan Lebak pada masa dia menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak. Di ruangan ini terdapat koleksi buku Max Havelaar asli yang didatangkan dari Belanda dan video pendek tentang Multatuli.
5 RUANG BANTEN. Di ruang ini terdapat beberapa informasi tentang pergerakan-pergerakan di Banten oleh masyarakat yang melawan penjajah.
Nyi Mas Gamparan merupakan Pahlawan Nasional Wanita dari Banten
Tali gantungan yang biasa digunakan penjajah Belanda untuk menghukum warga pribumi yang melakukan perlawanan
Warga pribumi yang menjadi pekerja paksa juga kerap dipasangi belenggu di kaki mereka
6 RUANG LEBAK. Menceritakan sejarah Lebak berdasarkan timeline dilengkapi dengan video dan hasil budaya Lebak saat.
Pakaian pejabat Rangkas di masa penjajahan Belanda
Alat tenun kain khas daerah Rangkas biasa kita temui di pemukiman warga Badui
7 RUANG RANGKASBITUNG. Ruang ketujuh merupakan ruang temporer sekaligus ruang terakhir menuju pintu keluar museum. Pada saat ini terdapat beberapa buku Max Havelaar yang dapat dibaca oleh pengunjung serta beberapa profil orang-orang yang memiliki kisah di Rangkasbitung.
ADA 2 MUSEUM MULTATULI DI DUNIA.
- Museum Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Banten
- Museum Multatuli di Amsterdam. Belanda.
Komentar
Posting Komentar